Hai, Sobat Makmur! Kebijakan suku bunga bank sentral menjadi salah satu sentimen yang cukup vital bagi investor pasar modal. Sebab, naik atau turunnya suku bunga acuan akan berdampak ke instrumen investasi yang kamu punya, baik itu saham, obligasi, mata uang atau foreign exchange (forex), maupun reksa dana. Pada artikel kali ini, Makmur akan mengajak kamu untuk berkenalan dengan sejumlah bank sentral utama yang kebijakan suku bunganya bisa berdampak ke pasar modal. Pastinya, artikel ini akan bermanfaat bagi kamu dalam mengambil keputusan berinvestasi. Yuk, disimak!
Sebelum masuk ke pembahasan inti, ada baiknya kamu berkenalan dengan bank sentral dan perannya dalam perekonomian. Bank sentral adalah instansi yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter di suatu negara. Bank sentral juga bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi sistem keuangan di suatu negara. Salah satu peran bank sentral adalah menjalankan kebijakan suku bunga. Dengan mengubah suku bunga, bank sentral dapat mempengaruhi tingkat investasi, konsumsi, dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di Indonesia, peran bank sentral dijalankan oleh Bank Indonesia (BI).
Hampir seluruh negara di dunia memiliki bank sentral, yang bertugas untuk mengatur dan mengawasi sistem keuangan di negara tersebut. Dari banyaknya jumlah bank sentral di dunia, ada sejumlah bank sentral yang kebijakannya memiliki pengaruh paling besar.
1. Federal Reserve (The Fed), Amerika Serikat
Federal Reserve atau The Fed adalah bank sentral Amerika Serikat (AS) dan dianggap sebagai bank sentral paling berpengaruh di dunia. The Fed memiliki 3 struktur utama, yakni 1 orang Dewan Gubernur, 12 Bank Federal Reserve, dan Komite Pasar Terbuka Federal atau Federal Open Market Committee (FOMC). Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh The Fed, seperti perubahan suku bunga acuan atau Federal Funds Rate (FFR), sering kali berdampak langsung pada ekonomi global. Hal ini mengingat status AS sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Selain itu, dolar AS merupakan mata uang yang digunakan dan diterima secara global. Sehingga, setiap tindakan, kebijakan, dan gerak-gerik The Fed bakal mempengaruhi kebijakan bank sentral negara-negara lain di seluruh dunia. Kebijakan The Fed juga mempengaruhi pasar mata uang, pasar saham, dan pasar obligasi internasional, sehingga kebijakan FFR menjadi salah satu sentimen paling dinantikan investor di seluruh dunia.
Kebijakan Terkini : Pada FOMC September 2024, The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75%-5,0%. Ini merupakan pemangkasan suku bunga pertama dalam kurun waktu lebih dari 4 tahun terakhir atau sejak Maret 2020. Untuk Sobat Makmur ketahui, pemangkasan suku bunga ini dilatarbelakangi kondisi inflasi AS yang konsisten bergerak secara berkelanjutan menuju level yang ditargetkan, yakni 2%. Pemangkasan suku bunga oleh The Fed tersebut juga menandai berakhirnya era suku bunga tinggi dalam jangka waktu lama alias higher for longer.
2. European Central Bank (ECB) – Uni Eropa
ECB bertanggung jawab atas kebijakan moneter di 19 negara-negara zona Eropa. ECB mengatur kebijakan suku bunga dan menjaga stabilitas harga di Eropa, yang berdampak besar pada ekonomi global, terutama di Eropa yang merupakan benua tempat berkumpulnya negara-negara maju dunia. Keputusan ECB akan mempengaruhi kurs Euro, yang merupakan salah satu mata uang utama dunia.
Kebijakan Terkini : Pada Kamis (17/10) pekan lalu, ECB kembali memangkas suku bunga acuannya pada Kamis (17/10). ECB memangkas suku bunga deposito utama sebesar 25 bps menjadi 3,25%. Ini merupakan pemangkasan suku bunga ketiga kalinya tahun ini, dan merupakan pemangkasan suku bunga berturut-turut dalam 13 tahun terakhir. Sejumlah faktor yang mendorong ECB memangkas Kembali suku bunga acuannya diantaranya inflasi yang mulai turun ke bawah 2%, pertimbangan risiko ekonomi, dan risiko geopolitik seperti berlanjutnya konflik Timur Tengah dan kebijakan calon presiden Amerika Serikat (AS).
3. People’s Bank of China (PBoC) – China
Selain AS, China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Sebagai bank sentral dari ekonomi terbesar kedua di dunia, peran People’s Bank of China (PBoC) sangat berpengaruh bagi dunia, terutama karena peran China dalam perdagangan global. Kebijakan nilai tukar dan suku bunga yang diambil PBoC memiliki pengaruh tidak hanya pada ekonomi domestik, tetapi juga pada stabilitas ekonomi global, terutama di kawasan Asia-Pasifik. Misal, sebagai konsumen komoditas utama dunia seperti minyak, bijih besi, dan tembaga, kebijakan moneter China akan mempengaruhi permintaan global atas komoditas. Kebijakan stimulus PBoC yang memacu pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan harga komoditas, begitu juga sebaliknya. Ini sebabnya, kebijakan PBoC kerap menjadi perhatian investor pasar modal.
Kebijakan Terkini : Pada September 2024, memberikan fasilitas penurunan suku bunga pinjaman jangka menengah atau medium-term lending facility (MLF) menjadi 2% atau turun 30 bps. Pemotongan suku bunga MLF merupakan awal dari kebijakan stimulus China. Sebab, Gubernur PBoC mengisyaratkan suku bunga instrumen tersebut akan diturunkan sebesar 20 bps lagi menjadi 1,5% sesegera mungkin.
4. Bank Indonesia (BI) – Indonesia
Meski dampaknya tidak sebesar ketiga bank di atas, kebijakan Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia juga menjadi salah satu sentimen yang paling dinantikan oleh pelaku pasar. Pengumuman penurunan suku bunga sering kali disambut positif oleh investor sebagai tanda dukungan kebijakan untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, kenaikan suku bunga bisa dianggap sebagai langkah antisipasi untuk mengendalikan inflasi, yang bisa menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi di masa depan. Kebijakan suku bunga BI juga menentukan arus masuk/keluar dana asing ke pasar modal Indonesia, mengingat status Indonesia sebagai pasar negara berkembang atau emerging market (EM).
Kebijakan Terkini: Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2024, BI akhirnya memangkas suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 bps menjadi 6% dari sebelumnya 6,25%. Ini merupakan pemangkasan suku bunga yang pertama kali dilakukan BI sejak Februari 2021. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pemangkasan BI rate kali ini, seperti kondisi nilai tukar rupiah yang sudah stabil, arah kebijakan The Fed yang kian jelas, rendahnya tingkat inflasi, hingga upaya untuk mendorong penyaluran kredit pembiayaan perbankan.
Dari penjelasan di atas, Sobat Makmur bisa menyimpulkan bahwa bank sentral utama di dunia telah menerapkan kebijakan pelonggaran moneter. Sebagai investor yang berkualitas, pastinya kamu harus tanggap dan cermat dalam memilih instrumen investasi di era suku bunga rendah. Instrumen yang bisa kamu lirik adalah reksa dana, khususnya reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap.
Reksa dana saham cocok kamu beli di kondisi suku bunga rendah. Sebab, menurunnya suku bunga acuan akan menurunkan biaya pinjaman emiten dan mampu meningkatkan daya ekspansi emiten, yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga saham. Selain reksa dana saham, kamu juga bisa melirik reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana ini merupakan jenis reksa dana yang paling diuntungkan. Sebab, mayoritas portofolionya merupakan efek yang bersifat utang (obligasi dan/atau sukuk). Ketika suku bunga turun, harga obligasi akan cenderung naik, begitu juga sebaliknya.
Selain memilih reksa dana yang tepat, pastikan kamu juga membeli reksa dana di platform investasi terpercaya seperti Makmur. Di Makmur, kamu bisa memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan, baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo seperti promo Outstanding October, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Key Takeaways: Compound Annual Growth Rate atau CAGR adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung rata-rata pertumbuhan suatu investasi selama periode tertentu dengan asumsi keuntungan tersebut diinvestasikan kembali setiap tahun. CAGR memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja investasi dibandingkan rata-rata aritmatika biasa karena mempertimbangkan efek bunga majemuk. Fungsi CAGR dalam Investasi Jangka Panjang Sebagai investor […]
Key Takeaways: Price to Book Value (PBV) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk membandingkan harga pasar suatu saham dengan nilai buku per saham perusahaan tersebut. Rasio ini memberikan gambaran apakah suatu saham tergolong murah atau mahal dibandingkan dengan nilai aset bersih perusahaan. Secara sederhana, PBV menunjukkan berapa kali harga pasar suatu saham dihargai terhadap nilai […]
Key Takeaways: Consumer Price Index atau Indeks Harga Konsumen adalah indikator ekonomi yang mengukur perubahan rata-rata harga dari sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dari waktu ke waktu. CPI mencerminkan tingkat inflasi dalam suatu negara dan digunakan oleh pemerintah serta pelaku pasar sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan […]
Key Takeaways: Neraca perdagangan adalah selisih antara nilai ekspor dan impor suatu negara. Surplus terjadi saat ekspor melebihi impor, dan defisit saat impor lebih besar dari ekspor. Neraca perdagangan merupakan komponen utama dari neraca pembayaran yang mencerminkan posisi ekonomi suatu negara dalam hubungan perdagangan internasional. Data ini biasanya disajikan bulanan, kuartalan, atau tahunan oleh lembaga […]
Key Takeaways: Ketika berinvestasi saham, memahami kesehatan keuangan suatu perusahaan sangat penting sebelum Anda memutuskan untuk membeli sahamnya. Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur struktur permodalan perusahaan adalah Debt to Equity Ratio atau DER. Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi utang terhadap ekuitas yang dimiliki suatu emiten. Lantas, bagaimana cara Anda mengecek apakah […]
Key Takeaways: FTSE Russell, lembaga global penyusun indeks saham, merilis hasil semi-annual review untuk Global Equity Index Series (GEIS) edisi September 2025. Perubahan komposisi indeks akan efektif setelah penutupan perdagangan 19 September 2025 dan berlaku mulai 22 September 2025. Dalam artikel ini, Makmur akan membahas detail perubahan indeks FTSE Russell untuk pasar Indonesia, saham-saham yang […]