Hai, Sobat Makmur! Pasar saham Indonesia masih terus tertekan. Hal ini tergambar dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus melemah. Pelemahan IHSG ini disebabkan oleh melemahnya harga saham emiten terutama emiten saham yang memiliki kapitalisasi pasar atau market caps besar. Untuk meminimalkan kejatuhan harga saham, sejumlah emiten memutuskan untuk melakukan aksi pembelian kembali alias buyback saham. Dalam artikel kali ini, Makmur akan mengajak kamu mengenali apa itu buyback dan bagaimana dampaknya ke IHSG. Yuk, disimak!
Sebelum masuk ke pembahasan inti, ada baiknya kamu memahami terlebih dahulu apa itu buyback saham. Buyback saham adalah tindakan perusahaan untuk membeli kembali sahamnya yang beredar di pasar. Biasanya buyback dilakukan ketika perusahaan merasa bahwa harga sahamnya sedang berada di bawah harga wajar atau undervalued atau ketika perusahaan ingin meningkatkan nilai bagi pemegang saham.
Lalu, ke mana hasil saham yang dibeli tersebut disimpan? Setelah dibeli kembali, saham hasil buyback dapat disimpan sebagai saham treasury. Nantinya, saham treasury ini bisa dilepas kembali ke pasar setelah memenuhi masa batas waktu pengalihan saham yang ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sesuai dengan ketentuan POJK 29/2023, emiten wajib melakukan pengalihan saham hasil buyback dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun setelah selesainya buyback saham dan dapat diperpanjang.
Baru-baru ini, OJK memperbolehkan emiten melakukan aksi pembelian kembali alias buyback saham tanpa harus menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS). Ini merupakan kebijakan pasar modal yang dikeluarkan OJK di tengah fluktuasi pasar yang masih berlanjut. Kepala Eksekutif OJK Inarno Djajadi mengatakan, penetapan kondisi pasar yang fluktuatif signifikan berlaku selama enam bulan sejak tanggal aturan ini dikeluarkan, yakni pada 18 Maret 2025. Menurut OJK, buyback tanpa RUPS, dapat memberi sinyal positif bahwa perusahaan memiliki fundamental yang baik dan memberikan market confidence kepada investor. Sebelumnya, aturan buyback tanpa RUPS ini pernah diterapkan pada tahun 2020, saat pasar saham anjlok diterpa sentimen pandemi Covid-19.
Melansir laman Bursa Efek Indonesia, sejumlah emiten big caps berencana melakukan buyback saham. Sebut saja emiten-emiten milik pengusaha kakap Prajogo Pangestu. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) misalnya, mengumumkan bakal melaksanakan buyback saham sebanyak 0,7% dari seluruh saham yang telah diterbitkan. Untuk melancarkan aksi korporasi ini, BRPT mengalokasikan Rp 500 miliar. Emiten terafiliasi Prajogo Pangestu yang juga akan menggelar buyback yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang akan melakukan buyback saham dengan porsi maksimal 0,29% dari total saham beredar. Dengan jumlah saham yang akan dibeli kembali oleh TPIA setara dengan 250 juta saham, TPIA mengalokasikan dana hingga Rp2 triliun.
Aksi buyback juga akan dilakukan oleh emiten perbankan besar (big bank). Salah satu bank besar yang telah memutuskan melakukan buyback adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dimana dalam RUPST yang digelar Senin (24/3) menyetujui rencana pembelian kembali saham dengan nilai maksimal Rp3 triliun.
Tabel 1. Rencana Buyback Sejumlah Emiten

*Kinerja per 25 Maret 2025
Sumber: Keterbukaan informasi BEI, diolah
Buyback saham umumnya berdampak positif dalam jangka pendek terhadap harga saham suatu emiten. Sebab, dengan dilakukannya buyback, jumlah saham yang beredar berkurang, menyebabkan laba per saham atau earnings per share (EPS) perusahaan meningkat, yang bisa menarik lebih banyak investor dan mendorong kenaikan harga saham. Selain itu, buyback sering kali dilihat sebagai sinyal bahwa manajemen emiten yakin terhadap prospek perusahaan, yang bisa meningkatkan kepercayaan pasar terhadap suatu saham.
Akan tetapi, Sobat Makmur perlu memahami bahwa dampak buyback saham terhadap IHSG cukup minim, terutama jika buyback dilakukan oleh beberapa perusahaan saja. IHSG mencerminkan pergerakan keseluruhan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Buyback dari beberapa emiten, terutama jika emiten tersebut memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, hanya memberikan pengaruh minim. Lain halnya jika emiten tersebut memiliki bobot besar dalam indeks, seperti perusahaan big caps. Jika banyak perusahaan besar melakukan buyback secara bersamaan, barulah dampaknya bisa terasa terhadap IHSG. Itupun dengan catatan bahwa jumlah saham yang dibeli cukup banyak.
Dengan demikian, meskipun buyback dapat memberikan dorongan sementara, pergerakan IHSG tetap bergantung pada keseluruhan kinerja pasar dan faktor fundamental ekonomi lainnya.
Untuk itu, di tengah volatilitas pasar saham yang saat ini masih terjadi, Sobat Makmur perlu memilih instrumen yang tepat. Salah satu instrumen yang bisa kamu cermati adalah reksa dana, khususnya reksa dana pendapatan tetap. Sebab, reksa dana pendapatan tetap sebagian besar berinvestasi pada obligasi, yang cenderung lebih stabil daripada saham.
Bagi Sobat Makmur yang ingin menerapkan strategi diversifikasi, kamu bisa memilih reksa dana campuran. Jenis reksa dana ini mengalokasikan dana pada obligasi, saham, dan instrumen pasar uang, dengan ketentuan bahwa masing-masing instrumen tidak boleh melebihi 79% dari total portofolio. Diversifikasi dalam reksa dana campuran membantu kamu untuk mengelola risiko di tengah kondisi pasar yang tidak menentu, sehingga menawarkan potensi imbal hasil yang lebih stabil.
Sementara itu, bagi kamu yang mengutamakan keamanan dan likuiditas di tengah ketidakpastian pasar, reksa dana pasar uang bisa jadi pilihan. Reksa dana pasar uang berinvestasi pada instrumen jangka pendek seperti deposito dan obligasi jangka pendek yang mana memiliki volatilitas yang minim.
Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo seperti promo New Ramadan, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Sebagai instrumen investasi yang relatif stabil, reksa dana pendapatan tetap (RDPT) menjadi salah satu pilihan utama investor di Indonesia. Hal ini tercermin dari Asset Under Management (AUM) yang mencapai Rp232,33 triliun per Oktober 2025, tertinggi di antara jenis reksa dana lainnya. Untuk memastikan kualitas reksa dana, Makmur menyeleksi RDPT dari Manajer Investasi (MI) bereputasi baik, […]
Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) merupakan instrumen investasi dengan risiko relatif rendah dan likuid, sehingga cocok untuk berbagai profil investor. Reksa dana ini 100% dialokasikan ke instrumen pasar uang seperti deposito berjangka dan obligasi yang memiliki jatuh tempo < 1 tahun. Oleh karena itu, RDPU ideal untuk tujuan investasi jangka pendek, menawarkan potensi imbal hasil […]
Reksa dana campuran merupakan instrumen investasi yang mengalokasikan dana pada instrumen saham, obligasi, dan instrumen pasar uang, dengan masing-masing aset tidak melebihi 79% dari total portofolio. Diversifikasi ini memberikan keseimbangan antara potensi pertumbuhan dan stabilitas, sehingga cocok bagi investor dengan profil risiko moderat dan tujuan investasi jangka menengah hingga panjang. Makmur menyeleksi reksa dana campuran […]
Sebagai instrumen investasi dengan potensi pertumbuhan dan risiko relatif tinggi, reksa dana saham cocok bagi investor yang siap menghadapi fluktuasi pasar dan memiliki tujuan investasi jangka panjang. Secara year-to-date (YTD) hingga November, IHSG naik +20,18% ke level 8.509, mencerminkan tren positif pasar saham domestik. Makmur menyeleksi reksa dana saham dari manajer investasi (MI) bereputasi baik, […]
Key Takeaways: Dalam berinvestasi, portofolio Anda mungkin pernah mengalami fase naik dan turun, fluktuasi ini merupakan bagian dari dinamika pasar dan di sinilah perhitungan downside risk berperan penting, karena dengan mengukurnya Anda dapat lebih siap dalam menghadapi potensi kerugian yang akan terjadi kembali di masa depan. Selain downside risk, ada pula indikator penting lainnya yang […]
Key Takeaways: Dalam investasi saham, pendekatan bottom-up analysis merupakan metode analisis saham yang berfokus pada analisis fundamental perusahaan. Pendekatan ini dipopulerkan oleh investor legendaris Peter Lynch, seorang manajer investasi dari Fidelity Magellan Fund yang sukses pada tahun 1980-an. Ia meyakini bahwa investor bisa mendapatkan potensi keuntungan dengan memilih perusahaan berkualitas dan yang memiliki prospek pertumbuhan […]