Hai, Sobat Makmur! Pasar keuangan Indonesia sedang mengalami pergerakan yang fluktuatif. Di tengah tekanan global dan ketidakpastian suku bunga, investor asing melakukan aksi jual besar-besaran di pasar saham dan instrumen jangka pendek. Namun menariknya, investor asing tetap berinvestasi pada obligasi pemerintah. Fenomena ini menyimpan banyak insight penting, khususnya buat kamu yang ingin tetap cermat menghadapi tensi volatilitas di pasar. Pada artikel kali ini, kita akan bahas alasan obligasi Republik Indonesia (RI) masih diminati dan strategi investasi yang bisa kamu coba. Penasaran? Ini pembahasannya!
Dalam dunia investasi, Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) merupakan dua instrumen yang cukup sering diperbincangkan. Kedua instrumen ini sama-sama diterbitkan oleh lembaga negara, namun memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda.
Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi pemerintah adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk membiayai kebutuhan negara. Instrumen ini umumnya berjangka menengah hingga panjang, dan sering dipilih oleh investor karena memiliki tingkat keamanan yang tinggi serta memberikan imbal hasil yang kompetitif.
Sementara itu, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) adalah surat berharga jangka pendek yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Tujuan instrumen ini bukan untuk membiayai belanja negara, melainkan berfungsi sebagai alat kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar di pasar dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), sepanjang periode 14–16 April 2025, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp13,01 triliun di pasar saham dan Rp2,24 triliun di SRBI. Menariknya, investor asing justru mencatatkan net buy di instrumen SBN sebesar Rp3,28 triliun. Bahkan, sepanjang tahun berjalan alias year-to-date (YTD) hingga 16 April 2025, inflow investor asing ke SBN telah mencapai Rp9,63 triliun, di tengah aksi net sell di pasar saham sebesar Rp36,86 triliun dan SRBI sebesar Rp7,94 triliun.
Minat investor global terhadap SBN didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah membaiknya pandangan pasar terhadap stabilitas dan keamanan investasi di Indonesia. Beberapa indikator terbaru menunjukkan penurunan risiko yang semakin membaik.
Untuk Indonesia, CDS tenor 5 tahun per 21 April 2025 turun ke 107,65 basis points (bps), dari area tertinggi YTD di level 119,75 bps pada 11 April 2025. Penurunan ini menjadi sinyal positif bahwa investor global menilai risiko Indonesia mengalami penurunan dan kondisi keuangan negara ini cukup stabil.
Aksi jual oleh investor asing di pasar saham dan SRBI dapat menjadi sinyal bagi investor untuk lebih mencermati risiko volatilitas jangka pendek. Sementara itu, arus dana asing yang tetap masuk ke SBN menunjukkan bahwa masih terdapat minat yang kuat terhadap instrumen berisiko rendah dan berimbal hasil stabil.
Bagi investor yang menginginkan eksposur ke obligasi tanpa harus membeli secara langsung (yang umumnya memerlukan dana besar), Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) dapat menjadi pilihan investasi yang tepat. Melalui instrumen ini, investor bisa berpartisipasi dalam portofolio obligasi korporasi maupun pemerintah tanpa harus mengeluarkan dana besar. Investor juga dapat berpartisipasi dalam portofolio obligasi yang dikelola secara profesional oleh Manajer Investasi (MI). Sehingga reksa dana membantu investor berinvestasi secara efisien dan terdiversifikasi.
Berdasarkan kinerja per 22 April 2025, Berikut beberapa produk reksa dana pendapatan tetap yang tersedia di aplikasi Makmur, dengan kinerja solid selama satu tahun terakhir:
Misal, Sobat Makmur berinvestasi di reksa dana Insight Renewable Energy Fund dengan investasi awal Rp10.000.000 dan rutin berinvestasi Rp1.000.000 per bulan di reksa dana ini, dana Sobat Makmur diperkirakan tumbuh menjadi Rp51.684.729 (+14.58%) dalam tiga tahun.
*disclaimer: kinerja masa lalu tidak menjamin hasil masa depan
Kelima RDPT ini dapat menjadi pilihan tepat bagi investor yang mengutamakan potensi pertumbuhan yang konsisten di tengah kondisi pasar yang fluktuatif. Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo seperti promo April Blossom, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani
Key Takeaways: Bank Indonesia (BI) kembali mengambil langkah strategis untuk mempercepat penyaluran kredit perumahan melalui program 3 juta rumah. Dalam kebijakan ini, BI menyiapkan insentif senilai Rp80 triliun yang bertujuan mendorong bank menyalurkan kredit ke sektor properti serta mendukung pengembang melalui fasilitas Surat Berharga Negara (SBN). Dalam artikel ini, Makmur akan membahas skema insentif BI, […]
Key Takeaways: Faktor yang Mempengaruhi Dividend Yield Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besaran dividend yield, di antaranya adalah: Semakin besar dividend yang dibagikan, semakin tinggi dividend yield yang diterima oleh investor. Besaran dividend yang dibagikan oleh emiten berbeda-beda, tergantung kebijakan perusahaan yang dibahas dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Harga saham yang lebih rendah pada […]
Key Takeaways: Hingga 8 Agustus 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat tujuh perusahaan dalam pipeline Initial Public Offering (IPO) yang nama perusahaannya belum dipublikasikan. Tiga diantaranya memiliki aset diatas Rp250 miliar, sementara empat lainnya tergolong beraset menengah Rp50–250 miliar. Sebaran sektor calon emiten cukup beragam, mulai dari material dasar hingga teknologi. Kondisi ini menunjukkan bahwa […]
Key Takeaways: Current ratio adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang dimilikinya. Rasio ini menjadi salah satu indikator penting dalam menilai likuiditas sebuah perusahaan sebelum Anda memutuskan untuk membeli sahamnya. Current ratio dihitung dengan rumus berikut: Current Ratio = Aset Lancar / Liabilitas Jangka […]
Key Takeaways: Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk memperpanjang jam perdagangan pasar saham. Melansir dari laman investing.com, Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menyebutkan bahwa bursa sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang jam perdagangan. Opsi yang dibahas antara lain membuka pasar lebih awal pukul 08.00 WIB atau menutup lebih lambat hingga pukul 17.00 WIB. […]
Key Takeaways: Sebagai bagian dari upaya meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana untuk kembali membuka informasi domisili investor mulai September 2025. Setelah sebelumnya data ini sempat tidak tersedia, langkah baru ini diharapkan dapat membantu pelaku pasar mengetahui transaksi secara lebih detail dan responsif. Dalam artikel ini, Makmur akan membahas latar belakang […]