Hai, Sobat Makmur! Perekonomian dunia saat ini sedang dihadapi oleh perang dagang yang terjadi antara dua kekuatan ekonomi terbesar, yakni China dan Amerika Serikat (AS). Perang dagang ini bermula saat Presiden AS saat ini, yakni Donald Trump, memberlakukan tarif sebesar 10% terhadap barang impor dari China. Tak pelak, perang dagang ini akan menjadi sentimen yang berpengaruh terhadap pasar modal dunia, tak terkecuali Indonesia. Dalam artikel kali ini, Makmur akan mengajak kamu untuk memahami lebih lanjut dampak perang dagang terhadap pasar modal, dan bagaimana memilih instrumen investasi yang tepat.
Sebelum masuk ke pembahasan inti, ada baiknya kamu tahu seluk beluk terjadinya tensi dagang antara China dan Amerika. Ini bermula dari kebijakan Donald Trump saat berkampanye untuk kursi Presiden AS pada 2024. Selama kampanye, Trump menyuarakan slogan “Make America Great Again”. Slogan ini merupakan cerminan janji akan kebangkitan Amerika yang dipandang hebat oleh sebagian masyarakat AS. Dalam pidato usai kemenangannya di kontestasi Pemilihan Presiden, Trump menjanjikan kesejahteraan dan rasa aman semua keluarga di Amerika. Oleh karena itu, Trump bakal mengeluarkan kebijakan yang bersifat proteksionisme terhadap hal-hal yang berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi dalam negeri.
Dalam kampanye 2024, Trump mengusulkan kebijakan tarif impor yang besar untuk memperkuat ekonomi domestik dan mengurangi ketergantungan AS terhadap produk impor. Untuk China misalnya, Trump mengenakan tarif sebesar 10%. Trump juga mengenakan tarif impor sebesar 25% terhadap seluruh produk dari Kanada dan Meksiko.
Tak tinggal diam, China pun membalas aksi yang digencarkan AS. China akan mengenakan tarif atau bea masuk 15% untuk impor batubara dan gas alam cair dari AS. Tarif ini berlaku mulai 15 Februari 2025 mendatang. Selain komoditas gas alam cair, Negeri Tirai Bambu tersebut juga mengumumkan akan memberlakukan tarif 10% terhadap impor minyak mentah, mesin pertanian, kendaraan berkapasitas besar, dan truk pick up yang berasal dari AS. China juga dilaporkan akan mulai mengenakan kontrol ekspor atas beberapa mineral dan logam tanah jarang (rare earth) yang penting bagi industri teknologi dan dan energi hijau di negeri Paman Sam tersebut.
Perang dagang antara China dan AS cukup berdampak terhadap pasar modal global, tak terkecuali Indonesia. Kebijakan kedua negara yang saling mengenakan tarif impor menyebabkan ketidakpastian ekonomi, yang memicu volatilitas di pasar saham. Hal ini tercermin dari indeks saham utama dunia seperti Dow Jones dan S&P 500 yang mengalami fluktuasi setiap kali ada rencana kebijakan yang diumumkan oleh China dan Amerika. Tak hanya bursa saham global, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga turut melemah imbas kebijakan ini.
Dengan adanya ketidakpastian, investor cenderung menghindari aset berisiko seperti saham. Investor akan beralih ke aset yang lebih aman seperti obligasi pemerintah atau emas. Kondisi ini juga akan memicu capital outflow modal asing dari pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini terbukti dari masih derasnya aksi jual bersih asing atau net foreign sell di pasar saham. Pekan lalu, IHSG terpantau melemah 5,16% dengan dana asing tercatat keluar hampir Rp3 triliun dari pasar saham dalam periode yang sama.
Di tengah pasar yang masih dipenuhi berbagai sentimen, Sobat Makmur perlu selektif dalam memilih instrumen investasi yang sesuai untuk mencapai tujuan finansial pada tahun ini. Salah satu instrumen yang bisa dipertimbangkan adalah reksa dana, khususnya reksa dana pendapatan tetap. Mayoritas portofolio reksa dana pendapatan tetap terdiri dari efek bersifat utang, seperti obligasi dan/atau sukuk. Reksa dana pendapatan tetap berpotensi mendapat keuntungan dari potensi pemangkasan suku bunga The Fed yang diproyeksi masih terjadi tahun ini.
Selain itu, Bank Indonesia baru saja menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75%. Penurunan suku bunga akan berdampak positif pada kenaikan harga obligasi. Dengan portofolio yang didominasi oleh obligasi, reksa dana pendapatan tetap berpeluang memberikan imbal hasil yang lebih stabil.
Selain itu, kamu juga bisa melakukan strategi diversifikasi di tengah volatilitas pasar yang saat ini terjadi. Diversifikasi yakni strategi menempatkan dana investasi di beberapa instrumen investasi yang berbeda karakteristiknya, baik dari sisi likuiditas, risiko, dan potensi return-nya. Dengan memiliki portofolio yang terdiri dari berbagai jenis aset, kamu dapat melindungi investasimu dari fluktuasi yang mungkin terjadi di satu aset atau sektor tertentu.
Nah, instrumen yang cocok dipilih untuk strategi diversifikasi salah satunya Reksa dana campuran. Reksa dana ini memiliki alokasi aset pada saham, obligasi, dan instrumen pasar uang, dimana komposisi portofolio pada reksa dana campuran tidak boleh melebih 79% dari masing-masing instrumen tersebut. Diversifikasi yang ditawarkan oleh reksa dana campuran akan membantu kamu dalam mengelola risiko di tengah sentimen pasar yang volatile. Dengan demikian, reksa dana campuran menawarkan potensi imbal hasil yang lebih stabil.
Nah, Sobat Makmur, itu dia penjelasan mengenai dampak perang dagang China-AS terhadap pasar modal dan bagaimana memilih instrumen investasi yang tepat. Di tengah volatilitas pasar saat ini, reksa dana bisa menjadi pilihan tepat untukmu.
Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo seperti promo Special Valentine, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Key Takeaways: Current ratio adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang dimilikinya. Rasio ini menjadi salah satu indikator penting dalam menilai likuiditas sebuah perusahaan sebelum Anda memutuskan untuk membeli sahamnya. Current ratio dihitung dengan rumus berikut: Current Ratio = Aset Lancar / Liabilitas Jangka […]
Key Takeaways: Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk memperpanjang jam perdagangan pasar saham. Melansir dari laman investing.com, Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menyebutkan bahwa bursa sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang jam perdagangan. Opsi yang dibahas antara lain membuka pasar lebih awal pukul 08.00 WIB atau menutup lebih lambat hingga pukul 17.00 WIB. […]
Key Takeaways: Sebagai bagian dari upaya meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana untuk kembali membuka informasi domisili investor mulai September 2025. Setelah sebelumnya data ini sempat tidak tersedia, langkah baru ini diharapkan dapat membantu pelaku pasar mengetahui transaksi secara lebih detail dan responsif. Dalam artikel ini, Makmur akan membahas latar belakang […]
Key Takeaways: International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dalam laporan World Economic Outlook edisi Juli 2025. Proyeksi global untuk 2025 dinaikkan menjadi 3,0%, seiring sejumlah faktor pendorong sementara seperti kenaikan belanja menjelang kenaikan tarif dan stimulus fiskal di beberapa negara besar. Namun di sisi lain, IMF tetap […]
Key Takeaways: Di tengah upaya penguatan hubungan dagang bilateral, Indonesia dan Amerika Serikat (AS) menyepakati penghapusan tarif untuk sejumlah produk, termasuk alat kesehatan. Kebijakan ini juga memungkinkan produk yang telah memperoleh izin edar dari Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan dari AS dapat langsung masuk ke pasar domestik tanpa melalui […]
Key Takeaways: Badan Pengelola Investasi Danantara (Danantara) mempercepat pelaksanaan program strategis untuk mendukung transformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hingga akhir 2025, terdapat 22 program prioritas yang tersebar dalam tiga klaster utama: restrukturisasi, konsolidasi, dan pengembangan. Langkah ini menandai upaya serius Danantara dalam mengoptimalkan portofolio BUMN dalam lima bulan tersisa tahun ini. Dalam artikel ini, […]