Hai, Sobat Makmur! Goldman Sachs membawa kabar positif yang membuka peluang baru bagi dunia investasi Indonesia di tengah ketidakpastian pasar tahun ini. Dalam laporannya, Goldman Sachs memproyeksikan bahwa Bank Indonesia (BI) berpotensi memangkas suku bunga sebesar 100 basis points (bps) hingga akhir 2025. Apa dampaknya bagi pasar keuangan dan peluang investasimu apabila suku bunga benar-benar dipangkas? Yuk, kita bahas bersama!
Goldman Sachs dalam laporan terbarunya memperkirakan bahwa ekonomi Asia, termasuk Indonesia, akan terdampak oleh perlambatan global, terutama akibat penerapan tarif perdagangan Amerika Serikat yang lebih tinggi dibandingkan kawasan lainnya. Kondisi ini diperkirakan akan menekan permintaan ekspor dan memperlambat pertumbuhan ekonomi di kawasan.
Untuk Indonesia, Goldman Sachs merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2025 dari sebelumnya 4,8% menjadi 4,7%. Angka ini lebih rendah dibandingkan target konsensus pasar sebesar 5%. Revisi ini mencerminkan kekhawatiran atas berkurangnya permintaan global, terutama untuk komoditas ekspor utama Indonesia.
Sejalan dengan Goldman Sachs, International Monetary Fund (IMF) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke 4,7%. Penurunan ini dipicu oleh melemahnya kinerja ekspor serta turunnya permintaan global atas komoditas, yang selama ini menjadi salah satu penopang utama ekonomi nasional.
Dengan adanya perlambatan ekonomi global akibat dampak perang dagang, Goldman Sachs memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuan secara bertahap. Pemangkasan ini dimulai dengan 50 bps pada kuartal II-2025, diikuti dengan pemangkasan tambahan 50 bps pada kuartal III-2025. Dengan demikian, suku bunga acuan BI diproyeksikan turun menjadi 4,75% pada akhir tahun 2025, dari posisi saat ini yang berada di 5,75%.
Meskipun pelemahan nilai tukar rupiah tetap menjadi risiko yang harus diwaspadai, Goldman Sachs menilai langkah pelonggaran moneter ini sebagai strategi penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik di tengah melambatnya permintaan global. Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat memperkuat konsumsi domestik, mendorong ekspansi bisnis, dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal.
Apabila proyeksi Goldman Sachs mengenai penurunan suku bunga BI sebesar 100 bps hingga mencapai level 4,75% terealisasi, dampaknya terhadap pasar keuangan secara umum diperkirakan akan cenderung positif. Penurunan suku bunga ini biasanya memberikan dorongan bagi pasar modal, meningkatkan daya tarik investasi, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Obligasi
Dengan penurunan suku bunga, harga obligasi cenderung naik karena yield yang lebih rendah meningkatkan daya tarik instrumen pendapatan tetap. Investor dapat memperoleh imbal hasil yang lebih menarik dari kenaikan harga obligasi.
Saham
Apabila suku bunga dipangkas, biaya pinjaman perusahaan menurun, yang dapat mendorong ekspansi bisnis dan meningkatkan potensi laba. Semakin murah biaya pendanaan, semakin besar peluang bagi perusahaan untuk berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan dan ekspansi. Kondisi ini umumnya berkontribusi pada peningkatan nilai saham, terutama bagi perusahaan dengan utang besar atau yang membutuhkan investasi jangka panjang.
Adapun sektor-sektor yang paling diuntungkan dari penurunan suku bunga adalah sektor-sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, seperti:
Jika proyeksi penurunan suku bunga BI terealisasi, peluang di pasar keuangan bisa semakin terbuka. Yuk, siapkan strategimu sejak sekarang, sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Investor Agresif
Apabila kamu memiliki profil risiko agresif, kamu bisa memilih Reksa Dana Saham yang fokus pada sektor perbankan, properti, dan barang konsumsi. Potensi imbal hasil dari reksa dana ini cukup menarik, terutama jika mulai diakumulasi saat ini, ketika valuasi saham di sektor-sektor tersebut masih relatif rendah. Namun, perlu diingat bahwa risiko investasi di saham juga lebih besar.
Berikut tiga reksa dana saham unggulan di Makmur yang berisi saham-saham rate-sensitive, dengan kinerja terbaik dalam 1 tahun yang bisa kamu pertimbangkan:
Investor Konservatif – Moderat
Untuk kamu yang memiliki profil risiko konservatif hingga moderat, Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) bisa menjadi pilihan. Penurunan yield obligasi membuka peluang capital gain, terutama untuk RDPT yang berfokus pada obligasi korporasi atau pemerintah dengan tenor menengah hingga panjang. Berikut beberapa pilihan RDPT unggulan di Makmur dengan kinerja terbaik dalam 1 tahun yang bisa kamu pertimbangkan:
Nah, Sobat Makmur, itu dia beberapa pilihan instrumen investasi yang bisa kamu cermati di tengah prospek pemangkasan BI Rate. Yuk, pertimbangkan strategi yang paling sesuai dengan profil risikomu.
Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo seperti promo April Blossom, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani
Key Takeaways: Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 tercatat sebesar 0,21% month-to-month (mtm) dan 2,65% year-on-year (yoy). Capaian ini masih berada dalam kisaran sasaran inflasi nasional, yang menunjukkan keberhasilan BI dalam menjaga stabilitas harga di tengah ketidakpastian global. Stabilitas ini juga mencerminkan konsistensi kebijakan moneter serta sinergi kuat […]
Key Takeaways: Perusahaan aset manajemen membantu investor, baik ritel maupun institusi dalam mengelola dana investasi agar tujuan keuangan tercapai. Cakupan tugasnya menyusun alokasi aset, memilih sekuritas yang tepat, serta mengelola portofolio. Jadi, saat Anda membeli reksa dana, dana tersebut dikelola secara profesional oleh perusahaan aset manajemen sesuai kebijakan investasi yang berada di bawah pengawasan regulator. […]
Key Takeaways: Perkembangan industri keuangan syariah di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total aset keuangan syariah nasional per Juni 2025 telah mencapai Rp2.972,94 triliun. Angka ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,21% secara year-on-year (yoy). Pencapaian ini menunjukkan bahwa ekosistem keuangan syariah semakin dipercaya masyarakat, baik dalam sektor perbankan, pasar modal […]
Key Takeaways: Reksa dana saham merupakan salah satu pilihan yang menarik bagi investor yang ingin memperoleh potensi keuntungan yang cukup tinggi dalam jangka panjang, walaupun risikonya paling besar dibandingkan jenis reksa dana lainnya. Keberhasilan reksa dana saham sangat dipengaruhi oleh keahlian manajer investasi (MI) dalam memilih saham potensial. Dari berbagai sektor, saham sektor perbankan menjadi […]
Key Takeaways: Dalam berinvestasi, penting untuk memahami risiko dan potensi imbal hasil di awal. Salah satu indikator yang sering dijadikan acuan oleh para analis keuangan dan investor profesional adalah risk free rate atau “tingkat bebas risiko”, yang merupakan imbal hasil dari suatu investasi yang dianggap memiliki risiko gagal bayar yang rendah. Instrumen investasi di Indonesia […]
Key Takeaways: Instrumen investasi saham terbagi ke dalam berbagai jenis bila melihat dari karakteristiknya, salah satu yang populer adalah growth stock. Istilah growth stock mulai dipopulerkan oleh Thomas Rowe Price Jr. sebagai strategi investasi pada sekitar tahun 1930–1950-an dan semakin diketahui secara luas setelah Philip A. Fisher merilis buku Common Stocks and Uncommon Profits (1958). […]