Ketika berinvestasi saham, memahami kesehatan keuangan suatu perusahaan sangat penting sebelum Anda memutuskan untuk membeli sahamnya. Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur struktur permodalan perusahaan adalah Debt to Equity Ratio atau DER. Rasio ini menunjukkan seberapa besar proporsi utang terhadap ekuitas yang dimiliki suatu emiten. Lantas, bagaimana cara Anda mengecek apakah DER emiten favorit sudah ideal? Mari kita bahas secara jelas dan ringkas.
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang membandingkan total utang terhadap total ekuitas perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran seberapa besar perusahaan bergantung pada pendanaan dari utang dibandingkan dengan modal sendiri. Rumus DER adalah:
DER= Total Utang/ Total Ekuitas |
Sebagai contoh, jika suatu perusahaan memiliki total utang sebesar Rp500 miliar dan total ekuitas sebesar Rp1 triliun, maka:
Artinya, perusahaan memiliki utang sebesar 50% dari total modal sendiri di mana total ekuitasnya masih lebih tinggi. Dari contoh tersebut, Anda bisa memahami bahwa DER penting karena memberikan gambaran tentang tingkat risiko keuangan suatu emiten. Perusahaan dengan DER yang terlalu tinggi berpotensi menghadapi masalah likuiditas, terutama jika pendapatan menurun. Sebaliknya, DER yang terlalu rendah bisa mengindikasikan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan potensi leverage untuk ekspansi usaha.
Tidak ada satu angka DER yang bisa dianggap ideal secara universal, karena kebutuhan pendanaan dan struktur keuangan tiap industri sangat berbeda. Namun secara umum, DER di bawah 1 sering dianggap sebagai sinyal keuangan yang sehat. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak dibiayai oleh ekuitas atau modal sendiri daripada oleh utang. Dengan demikian, risiko finansial perusahaan relatif lebih rendah, terutama dalam menghadapi tekanan ekonomi atau suku bunga yang naik.
Sementara itu, DER antara 1 hingga 2 masih tergolong wajar, terutama jika perusahaan berada dalam sektor yang padat modal seperti manufaktur, energi, atau konstruksi. Dalam industri semacam ini, penggunaan utang sering kali merupakan strategi pembiayaan yang lumrah untuk mendanai ekspansi, pengadaan alat berat, atau pembangunan fasilitas produksi. Namun, tetap penting untuk memastikan bahwa beban bunga atas utang tersebut masih bisa ditanggung oleh arus kas operasional perusahaan.
Untuk mengetahui DER suatu emiten, Anda dapat melihat laporan keuangannya dan di bawah ini merupakan langkah-langkah untuk mendapatkan laporan keuangan Emiten:
Anda bisa akses laman situs www.idx.co.id yang menyediakan informasi resmi dan akurat mengenai laporan keuangan seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Anda bisa Pilih menu “Perusahaan Tercatat”, lalu ke “Laporan Keuangan dan Tahunan”. Gunakan fitur pencarian untuk menemukan nama emiten atau kode saham yang Anda cari. Pilih laporan keuangan triwulanan atau tahunan yang paling relevan (semakin baru, semakin baik). Unduh laporan keuangan dalam format PDF untuk dianalisis lebih lanjut.
Dalam laporan keuangan, buka bagian Laporan Posisi Keuangan atau Neraca. Temukan dua komponen utama:
Biasanya terbagi menjadi utang jangka pendek dan jangka panjang.
Mencakup modal disetor, laba ditahan, dan komponen ekuitas lainnya.
Sebagai tambahan, Pastikan data yang digunakan berasal dari laporan terakhir yang telah diaudit. Jika memungkinkan, bandingkan data dari beberapa periode (triwulan/tahun) untuk melihat tren pergerakan DER.
Di bawah ini merupakan beberapa tips yang bisa Anda lakukan saat menganalisa dan memperhitungkan Debt to Equity Ratio sebuah emiten, di antaranya:
Debt to Equity Ratio adalah indikator penting yang dapat membantu Anda menilai kesehatan keuangan emiten. DER ideal tidak bisa disamaratakan, karena tergantung pada sektor usaha masing-masing emiten. Dengan memahami DER, Anda dapat membuat keputusan investasi yang lebih bijak dan terukur.
Meski begitu, DER bukan satu-satunya pertimbangan dalam menentukan pilihan investasi. Investor yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk menganalisis laporan keuangan mendalam juga memiliki pilihan lain.
Salah satu alternatif yang praktis adalah berinvestasi di Reksa Dana, khususnya Reksa Dana Saham yang dikelola oleh manajer investasi profesional. Dengan reksa dana, Anda tetap bisa mendapatkan eksposur ke pasar saham tanpa harus menganalisis satu per satu laporan keuangan emiten. Hal itu sangat cocok bagi investor pemula atau yang ingin investasi lebih terdiversifikasi.
Ada beragam produk reksadana saham di Makmur.id, salah satunya reksa dana saham seperti Bahana Icon Syariah Kelas G. Berdasarkan data per tanggal 26 Agustus 2025, selama YTD reksa dana tersebut memiliki return 15,17%.
Di Makmur, Anda juga dapat memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Anda dapat memilih dan membeli reksa dana dengan memanfaatkan promo seperti promo August Financial Freedom, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Makmur Premium Tour.
Link: Promo-Promo di Makmur
Unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan berikan ulasan mengenai pengalaman investasi Anda di Makmur.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, Anda juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Anda juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link di bawah ini:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani
Key Takeaways: FTSE Russell, lembaga global penyusun indeks saham, merilis hasil semi-annual review untuk Global Equity Index Series (GEIS) edisi September 2025. Perubahan komposisi indeks akan efektif setelah penutupan perdagangan 19 September 2025 dan berlaku mulai 22 September 2025. Dalam artikel ini, Makmur akan membahas detail perubahan indeks FTSE Russell untuk pasar Indonesia, saham-saham yang […]
Key Takeaways: M2 atau uang beredar adalah indikator penting dalam sistem moneter suatu negara. Di Indonesia, M2 mencakup uang kartal dan giral (M1), ditambah dengan simpanan berjangka dan tabungan dalam rupiah serta valuta asing di bank umum. Data ini diterbitkan secara rutin oleh Bank Indonesia dan menjadi salah satu tolok ukur dalam menilai arah kebijakan […]
Key Takeaways: Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang populer di Indonesia karena kemudahan akses dan variasi produknya. Di antara berbagai jenis reksa dana, reksa dana terproteksi (RDT) dapat menjadi pilihan terutama bagi Anda yang menginginkan proteksi modal pada saat jatuh tempo dengan potensi imbal hasil tetap. Sebagian besar portofolio reksa dana terproteksi ditempatkan […]
Key Takeaways: Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 baru saja dipublikasikan, yang memuat target pendapatan, belanja, dan defisit yang mencerminkan strategi fiskal pemerintah di tengah dinamika ekonomi global. Pendapatan negara ditargetkan naik, belanja pemerintah pusat meningkat dan transfer ke daerah menurun. Di sisi lain, asumsi kurs rupiah terhadap dolar AS menjadi sorotan. Dalam […]
Key Takeaways: Reksa dana menjadi salah satu instrumen yang banyak dipilih oleh investor karena kemudahan dan fleksibilitasnya. Selain reksa dana konvensional seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, dan reksa dana campuran, ada juga reksa dana terproteksi (RDT) yang memberikan perlindungan pokok investasi. Mengetahui perbedaan karakteristik keduanya akan memudahkan Anda […]