Hai, Sobat Makmur! Kalian pasti sudah mendengar wacana pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% tahun depan. Kenaikan tarif PPN dapat memberikan berbagai dampak terhadap pola konsumsi masyarakat. Dalam artikel kali ini, Makmur akan mengajak kalian untuk memahami dampak kenaikan PPN terhadap perekonomian hingga pasar modal. Pastinya artikel ini akan berguna bagi Sobat Makmur dalam berinvestasi. Yuk, disimak!
Sebelum masuk ke pembahasan inti, ada baiknya Sobat Makmur memahami konsep dari PPN. PPN merupakan jenis pajak yang dibebankan kepada pembeli atas setiap pembelian barang dan/atau jasa. Dasar hukum pungutan PPN diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
Saat ini, PPN yang masih diberlakukan di Indonesia adalah sebesar 11% yang berlaku sejak 1 April 2022. Namun, pemerintah berencana menaikkan pungutan PPN menjadi 12% tahun depan. Ada beberapa alasan di balik kenaikan PPN tahun depan menurut Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian. Pertama, kenaikan PPN dilakukan untuk meningkatkan pendapatan negara, dimana PPN memiliki peran vital dalam mendanai berbagai program pemerintah. Kedua, kenaikan PPN bertujuan mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri, dimana saat ini Indonesia masih bergantung pada utang untuk menutupi defisit anggaran. Ketiga, menyesuaikan dengan standar internasional. Saat ini tarif PPN Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara maju lainnya seperti Prancis (20%), Denmark (25%), Jerman (19%), dan Inggris (20%).
Meski tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara maju, tarif PPN Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi diantara negara di Asia Tenggara. Jika PPN tahun depan resmi naik 12%, PPN di Indonesia akan sama tingginya dengan Filipina yang telah terlebih dahulu menerapkan PPN 12%.
Grafik Perbandingan Tarif PPN, Pajak Barang, dan Layanan Kelompok Antar Negara Asia Tenggara (2023-2024)
Sumber : PricewaterhouseCoopers (PwC), diolah
Berikut merupakan sejumlah dampak apabila pemerintah menaikkan PPN menjadi 12% tahun depan.
1. Naiknya Inflasi Akibat Naiknya Harga Barang dan Jasa
Kenaikan PPN berpotensi mendorong kenaikan inflasi. Sebab, meski hanya 1%, dampak naiknya PPN akan merambat hampir ke semua harga produk dan beberapa aktivitas jasa. Kenaikan pajak di tingkat produsen biasanya diteruskan kepada konsumen dalam bentuk kenaikan harga. Hal ini mendorong timbulnya inflasi biaya (cost-push inflation) akibat peningkatan biaya produksi dan distribusi. Dalam jangka pendek, kenaikan PPN dapat menciptakan tekanan harga yang signifikan. Namun, dalam jangka panjang, dampak kenaikan PPN dapat diredam jika pemerintah memberikan insentif kepada produsen atau memberikan subsidi kepada kelompok masyarakat rentan.
2. Turunnya Daya Beli dan Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi
Naiknya harga barang dan jasa akibat kenaikan PPN dapat menurunkan daya beli Masyarakat sehingga mengakibatkan tingkat konsumsi rumah tangga melemah. Masyarakat akan lebih selektif dalam pengeluaran karena merasa ada penambahan beban pajak yang harus dibayarkan sehingga menurunkan pola konsumsi, terlebih untuk barang jenis non primer. Jika penurunan daya beli terus meluas, maka bisa menyebabkan terjadinya efek berantai, mulai dari menurunnya pendapatan usaha perusahaan hingga pelemahan aktivitas ekonomi secara umum.
3. Berpotensi Meningkatkan Angka Pengangguran
Kenaikan tarif PPN berpotensi dapat meningkatkan angka pengangguran. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya beban biaya produksi dan konsumsi, yang berujung pada penurunan daya beli masyarakat. Ketika daya beli melemah, tingkat utilisasi dan penjualan produk juga ikut turun, sehingga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Penurunan kinerja tersebut dapat menyebabkan pengurangan penyerapan tenaga kerja, yang pada akhirnya berkontribusi pada meningkatnya jumlah pengangguran.
Kenaikan PPN juga dapat berdampak terhadap pasar modal, meskipun dampaknya bersifat tidak langsung. Kenaikan PPN dapat mempengaruhi konsumsi masyarakat karena harga barang dan jasa meningkat, sehingga daya beli menurun. Jika penurunan daya beli ini signifikan, perusahaan (emiten) yang bergantung pada konsumsi domestik berpotensi mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih. Jika laba emiten menurun, bisa saja harga sahamnya mengalami tekanan. Kondisi ini terjadi karena investor berasumsi emiten tersebut memberi potensi keuntungan (profitabilitas) yang lebih rendah sehingga terjadi aksi jual yang kemudian menekan saham suatu perusahaan.
Untuk instrumen reksa dana, dampak kenaikan PPN terhadap reksa dana akan bergantung pada jenis reksa dana yang kamu miliki. Misalnya untuk reksa dana saham, dimana reksa dana jenis ini dapat terdampak secara langsung jika portofolionya berfokus pada sektor-sektor yang sensitif terhadap konsumsi seperti barang konsumsi (consumer), ritel, hingga sektor jasa. Akan tetapi, Manajer Investasi (MI) akan berusaha untuk memitigasi risiko ini dengan melakukan rebalancing atau penyesuaian yakni mengalihkan alokasi ke sektor-sektor yang lebih tahan terhadap penurunan konsumsi. Sementara itu, reksa dana lain seperti reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap kemungkinan kurang terpengaruh langsung oleh kebijakan ini.
Nah, Sobat Makmur, itu dia beberapa dampak dari kenaikan PPN terhadap perekonomian dan juga pasar modal. Dari artikel tersebut kamu bisa memilih instrumen reksa dana yang cenderung aman dari dampak kenaikan PPN.
Dengan berinvestasi di reksa dana, danamu akan dikelola oleh Manajer Investasi (MI) secara profesional. MI bertanggung jawab memilih aset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio reksa dana, seperti saham, obligasi, atau instrumen pasar uang, sesuai dengan jenis reksa dana yang kamu pilih. Proses pemilihan aset ini dilakukan dengan analisis mendalam dan mempertimbangkan berbagai faktor makroekonomi guna memastikan pengelolaan investasi berjalan secara optimal.
Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur juga bisa memaksimalkan kinerja portofolio dengan memanfaatkan sejumlah promo dari Makmur seperti promo December Wealth, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Key Takeaways: Instrumen investasi saham terbagi ke dalam berbagai jenis bila melihat dari karakteristiknya, salah satu yang populer adalah growth stock. Istilah growth stock mulai dipopulerkan oleh Thomas Rowe Price Jr. sebagai strategi investasi pada sekitar tahun 1930–1950-an dan semakin diketahui secara luas setelah Philip A. Fisher merilis buku Common Stocks and Uncommon Profits (1958). […]
Key Takeaways: Pengambilan keputusan investasi yang tepat bisa dipengaruhi oleh berbagai indikator ekonomi. Namun, ada satu indikator yang sangat krusial, yaitu real interest rate atau suku bunga riil. Real interest rate mencerminkan return riil yang Anda dapatkan dari suatu aset investasi setelah disesuaikan dengan inflasi. Dengan memahami dan mempertimbangkan real interest rate, Anda sebagai investor […]
Key Takeaways: Dalam perekonomian, cadangan devisa suatu negara memiliki peran yang sangat penting. Bagi Indonesia, cadangan devisa menjadi salah satu instrumen utama untuk menjaga kestabilan ekonomi. Melansir dari halaman resmi Bank Indonesia (BI), pada Juni 2025 cadangan devisa Indonesia tercatat sekitar 152,6 miliar dolar AS (USD), yang terdiri dari beberapa instrumen. Data dari Badan Pusat […]
Key Takeaways: Saat investasi reksa dana, yang terpenting bukan hanya mempertimbangkan imbal hasil, melainkan juga harus melihat potensi risikonya. Dikarenakan, setiap investasi memiliki ketidakpastian dan peluang yang perlu diukur serta dianalisis secara objektif. Oleh karena itu, Anda juga perlu mengevaluasi apakah imbal hasil tersebut sebanding dengan risiko yang diambil. Salah satu analisis yang bisa membantu […]
Key Takeaways: Di dunia keuangan, setiap keputusan yang diambil seorang analis melewati beberapa pertimbangan yang matang, termasuk salah satunya evaluasi kondisi ekonomi yang sudah terjadi. Untuk itu, berbagai indikator ekonomi menjadi salah satu aspek penting dalam memberikan gambaran. Salah satu jenis indikator ekonomi yang biasanya digunakan adalah indikator lagging ekonomi, yang memberikan informasi berdasarkan data […]
Key Takeaways: Investasi pada reksa dana menjadi pilihan investor yang ingin mengelola keuangan dengan cara yang lebih mudah, karena portofolio dalam reksa dana dikelola secara profesional oleh manajer investasi (MI). Reksa dana memiliki beberapa jenis, di antaranya reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham. Banyak investor yang […]