Inflasi adalah faktor utama yang mempengaruhi perekonomian dan aset investasi yang bisa disebabkan oleh banyak hal seperti permintaan yang lebih tinggi dibandingkan pasokan, melonjaknya biaya produksi, hingga kebijakan moneter yang longgar. Fenomena inflasi biasanya ditandai kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode, yang dapat menggerus daya beli uang. Sebagai contoh, uang Rp100.000 yang Anda miliki 5 tahun lalu, hari ini mungkin tidak akan cukup untuk membeli barang yang sama.
Melansir data bps.go.id, Indonesia sempat mengalami kenaikan inflasi cukup tinggi dalam beberapa tahun lalu. Pada 2020 tercatat inflasi sebesar 1,68% (YoY), namun inflasi meningkat ke angka 5,51% pada Desember 2022. Hal tersebut terjadi akibat imbas naiknya harga komoditas global dan penyesuaian harga bahan bakar minyak. Namun, keadaan semakin membaik dan menunjukkan perbaikan, di mana pada Desember 2024 inflasi terus menurun dan mencapai angka 1,57% karena pemerintah memperkuat pengendalian harga pangan melalui bantuan beras (SPHP).
Memahami siklus inflasi sangat penting sebelum Anda memilih aset investasi jangka panjang. Anda bisa mengukur potensi return riil dan daya beli yang akan Anda peroleh di masa depan. Siklus inflasi menggambarkan fluktuasi inflasi dalam suatu periode ekonomi, yang biasanya dibagi menjadi beberapa fase. Setiap fase dalam siklus ini memiliki peluang dan tantangan yang berbeda bagi investor, berikut adalah tahapan umum dalam siklus inflasi:
1. Fase Pemulihan Ekonomi
Pada fase ini, perekonomian mulai pulih setelah resesi atau kontraksi ekonomi. Aktivitas produksi meningkat, konsumsi masyarakat bertumbuh, dan tingkat pengangguran menurun. Inflasi pada fase ini biasanya masih rendah karena permintaan belum sepenuhnya kembali normal.
2. Fase Inflasi Meningkat
Seiring pemulihan ekonomi, permintaan barang dan jasa meningkat, yang dapat mendorong harga naik. Bank sentral mungkin menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi. Kenaikan harga ini seringkali diikuti oleh peningkatan biaya hidup dan produksi.
3. Fase Puncak Inflasi
Fase puncak inflasi terjadi ketika laju inflasi mencapai tingkat sangat tinggi. Pada titik ini, harga barang dan jasa melonjak tajam yang menurunkan daya beli masyarakat. Bank sentral mungkin merespon dengan menaikkan suku bunga secara agresif untuk mengendalikan inflasi.
4. Fase Resesi dan Penurunan Inflasi
Jika inflasi sudah terlalu tinggi dan kebijakan moneter semakin ketat, pertumbuhan ekonomi bisa melambat dan memasuki fase resesi. Pada fase ini, permintaan barang dan jasa menurun, yang mengarah pada penurunan harga atau deflasi. Bank sentral kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga untuk merangsang perekonomian.
Inflasi dapat mempengaruhi berbagai jenis aset investasi. Setiap jenis aset bereaksi berbeda terhadap fluktuasi inflasi. Berikut adalah beberapa jenis aset yang perlu Anda pertimbangkan dalam kaitannya dengan inflasi:
1. Saham
Saham cenderung terpengaruh oleh inflasi, meskipun dampaknya bervariasi tergantung pada sektor dan kondisi perusahaan. Perusahaan yang bisa mengimbangi kenaikan biaya produksi, misalnya melalui kenaikan harga jual, cenderung lebih tahan terhadap tekanan inflasi. Contohnya adalah perusahaan di sektor barang konsumsi seperti makanan, minuman, dan kebutuhan sehari-hari, yang permintaannya relatif stabil meskipun terjadi kenaikan harga.
Sementara itu, sektor seperti energi juga bisa terdampak oleh inflasi, terutama jika biaya eksplorasi, produksi, atau distribusi meningkat lebih cepat daripada harga jualnya. Namun, dalam beberapa situasi, perusahaan energi juga bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga komoditas seperti minyak dan gas.
2. Obligasi
Obligasi, terutama yang memiliki suku bunga tetap, sering kali mengalami penurunan nilai ketika inflasi meningkat, dikarenakan nilai uang yang diterima di masa depan akan lebih rendah. Sebaliknya, obligasi dengan tingkat bunga mengambang atau yang diperdagangkan dengan harga lebih rendah dapat lebih menguntungkan selama periode inflasi tinggi.
3. Obligasi
Emas sering dianggap sebagai aset yang dapat melindungi nilai terhadap inflasi. Ketika inflasi tinggi, permintaan terhadap emas cenderung meningkat karena dianggap sebagai aset lindung nilai yang bisa diandalkan.
4. Properti
Investasi properti dianggap sebagai aset yang baik untuk melawan inflasi. Nilai properti biasanya meningkat seiring dengan inflasi dan pendapatan sewa dapat disesuaikan dengan kenaikan harga. Namun, Anda perlu tahu juga bahwa properti juga dipengaruhi oleh suku bunga dan kebijakan moneter, yang dapat mempengaruhi daya beli dan permintaan.
4. Reksa Dana
Reksadana dapat menjadi salah satu pilihan untuk menghadapi inflasi, karena menawarkan beragam jenis instrumen yang disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi. Namun, Anda perlu tahu bahwa reksadana memiliki berbagai jenis, di antaranya:
Dana kelolaannya mayoritas dialokasikan ke instrumen pasar uang (deposito, SBI, obligasi jatuh tempo kurang dari 1 tahun).
Mayoritas dana kelolaan (maksimal 80%) dialokasikan ke obligasi (surat utang), sisanya tersebar di deposito dan saham.
Mayoritas dana kelolaan (maksimal 80%) dialokasikan ke saham, sisanya tersebar di deposito dan surat utang atau obligasi.
Terbagi komposisinya ke instrumen investasi saham, obligasi, dan pasar uang secara proporsional. Fleksibilitas inilah yang menjadi ciri khas reksadana campuran untuk menyeimbangkan risiko dan return sesuai kondisi ekonomi.
Makmur adalah perusahaan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan tampilan simple, mudah digunakan, dan tersaji report analisis kinerja yang transparan, Makmur memudahkan investor dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai profil risiko.
Jika ingin berinvestasi, ada berbagai pilihan reksadana campuran di Makmur yang bisa Anda pilih, salah satunya adalah Trimegah Balanced Absolute Strategy Kelas A. Berdasarkan data per tanggal 07 Juli 2025, reksadana ini memberikan return 6,10% selama 1 tahun kebelakang.
*Disclaimer: Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja di masa depan.
Inflasi bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang bagi investor yang memahami pergerakan siklus ekonomi. Setiap aset memiliki respons yang berbeda terhadap inflasi, sehingga diversifikasi bisa menjadi kunci dalam menghadapi berbagai siklus inflasi dan mengoptimalkan keuntungan.
Di Makmur, Anda juga bisa memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Anda bisa berinvestasi reksa dana dengan memanfaatkan promo seperti promo June Invest dan Promo Semua Bisa Makmur.
Link: Promo-Promo di Makmur
Unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan dan berikan ulasan mengenai pengalaman investasi Anda di Makmur.
Perlu diketahui, selain melalui aplikasi, Anda juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Anda juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link di bawah ini:Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani
Key Takeaways: Pada 20 Agustus 2025 lalu, Bank Indonesia (BI) mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps), yang kini menjadi 5,00%, setelah sebelumnya BI juga memangkas suku bunga di tahun ini sebanyak tiga kali per Juli 2025, di mana pada bulan tersebut ada pemangkasan sebesar 25 bps dari 5,50% menjadi 5,25%. Keputusan […]
Key Takeaways: Istilah safe haven dalam investasi merujuk pada aset yang dianggap mampu mempertahankan nilainya atau bahkan mengalami kenaikan ketika pasar keuangan mengalami gejolak. Selama ini, aset emas sering disebut sebagai aset safe haven karena kemampuannya mempertahankan nilai saat pasar mengalami ketidakpastian. Namun, apakah benar hanya emas yang pantas menyandang gelar tersebut? Kita akan mengulasnya […]
Key Takeaways: Kemampuan membaca dan menganalisis laporan keuangan merupakan keterampilan dasar yang wajib dimiliki oleh investor saham. Laporan keuangan menyajikan gambaran kondisi finansial sebuah emiten secara menyeluruh. Dengan memahami isi laporan ini, Anda sebagai seorang investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih rasional dan minim risiko. Laporan keuangan menjadi salah satu alat untuk mengukur kinerja […]
Key Takeaways: Compound Annual Growth Rate atau CAGR adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung rata-rata pertumbuhan suatu investasi selama periode tertentu dengan asumsi keuntungan tersebut diinvestasikan kembali setiap tahun. CAGR memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja investasi dibandingkan rata-rata aritmatika biasa karena mempertimbangkan efek bunga majemuk. Fungsi CAGR dalam Investasi Jangka Panjang Sebagai investor […]
Key Takeaways: Price to Book Value (PBV) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk membandingkan harga pasar suatu saham dengan nilai buku per saham perusahaan tersebut. Rasio ini memberikan gambaran apakah suatu saham tergolong murah atau mahal dibandingkan dengan nilai aset bersih perusahaan. Secara sederhana, PBV menunjukkan berapa kali harga pasar suatu saham dihargai terhadap nilai […]
Key Takeaways: Consumer Price Index atau Indeks Harga Konsumen adalah indikator ekonomi yang mengukur perubahan rata-rata harga dari sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dari waktu ke waktu. CPI mencerminkan tingkat inflasi dalam suatu negara dan digunakan oleh pemerintah serta pelaku pasar sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan […]