Artikel

Mengenal Sejumlah Risiko dalam Berinvestasi Reksa Dana

author
Content Management
author
02 Oktober 2024
Facebook
Instagram
Tiktok
blog-detail

Hai, Sobat Makmur! Setiap instrumen investasi pasti mengandung risiko, tak terkecuali reksa dana. Oleh sebab itu, sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor harus mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang terkandung dalam reksa dana. Pada artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai risiko-risiko yang terkandung dalam instrumen reksa dana. Pastinya, artikel ini akan bermanfaat untuk kamu terapkan dalam berinvestasi reksa dana. Yuk, disimak!

Apa Itu Risiko?

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai risiko dalam reksa dana, ada baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu mengenai apa itu risiko dalam investasi. Risiko investasi adalah kondisi dimana investor berpeluang mengalami kerugian akibat aktivitas investasi yang dilakukan. Dengan kata lain, keuntungan atau imbal hasil yang diharapkan dari investasi tidak sesuai ekspektasi. Besarnya risiko investasi cenderung berbanding lurus dengan imbal hasil investasi. Jika keuntungan investasi tinggi, maka risiko yang terkandung juga tinggi, begitu pun sebaliknya.

Risiko pada Reksa Dana

Reksa dana kerap dianggap sebagai instrumen investasi yang ideal dan aman untuk investor pemula. Akan tetapi, reksa dana tetap memiliki risiko yang harus kamu cermati sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Nah, risiko yang terkandung dalam reksa dana tergantung dari jenis reksa dana yang kamu pilih. Sebab, masing-masing reksa dana memiliki komposisi portofolio yang berbeda sehingga risiko yang terkandung juga berbeda. Berikut adalah sejumlah risiko dalam berinvestasi reksa dana.

1. Risiko Penurunan Nilai Investasi

Ini merupakan risiko yang lumrah terjadi jika kamu berinvestasi di reksa dana. Harga reksadana tercermin dalam nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP). Harga reksa dana ini akan dihitung setiap hari bursa dan berisiko terjadi fluktuasi akibat dinamika pasar. Penyebab naik/turunnya harga reksadana adalah perubahan harga aset di dalamnya, yang disebabkan oleh perubahan kondisi pasar seperti kebijakan suku bunga, data inflasi, kestabilan politik dan ekonomi, atau faktor lainnya.

2. Risiko Suspensi dan Likuiditas Saham

Risiko ini terjadi khususnya jika kamu memilih reksa dana saham. Untuk diketahui, mayoritas (sekurang-kurangnya 80%) portofolio reksa dana ini ditempatkan di instrumen saham. Dalam dunia saham dikenal istilah penghentian perdagangan (suspensi) sementara saham. Penyebab suspensi saham dapat bervariasi, mulai dari keterlambatan penyampaian informasi ke otoritas BEI, aktivitas perdagangan (baik harga naik atau turun) dengan tidak wajar, hingga masalah hukum atau regulasi. Suspensi ini tentu bisa menyebabkan portofolio reksa dana saham menjadi kurang optimal. Sebab, saham yang terkena suspensi tidak bisa diperjualbelikan di pasar saham dalam periode tertentu. Selain itu, ada pula risiko likuiditas saham. Jika saham yang dibeli MI sifatnya kurang likuid, pengelolaan portofolio saham oleh MI menjadi kurang optimal.

3. Risiko Gagal Bayar

Risiko ini bisa terjadi terutama pada reksa dana pendapatan tetap, dimana mayoritas (sekurang-kurangnya 80%) instrumen portofolio reksa dana ini adalah efek bersifat utang, baik obligasi dan/atau suku. Risiko gagal bayar berkaitan dengan ketidakmampuan perusahaan penerbit surat utang dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok maupun kupon. Risiko gagal bayar ini bisa terjadi karena kinerja perusahaan memburuk, sehingga mengalami kondisi pailit dan gagal bayar

4. Risiko Likuiditas

Likuiditas berkaitan dengan proses pencairan reksa dana. Dalam hal ini, likuiditas merujuk pada kemampuan sebuah aset untuk cepat dicairkan menjadi uang tunai. Risiko likuiditas berkaitan dengan kesulitan investor untuk menarik (redemption) modalnya ketika dibutuhkan. Dalam kondisi ini, Manajer Investasi (MI) kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. Penyebabnya bisa disebabkan akibat penarikan dana investor dalam waktu bersamaan dalam nominal yang besar.

5. Risiko Wanprestasi/Cidera Janji

Risiko wanprestasi adalah risiko yang muncul karena terdapat para pihak yang tidak dapat memenuhi kewajiban di dalam kontrak. Pihak yang dimaksud bisa manajer investasi hingga bank kustodian. Risiko wanprestasi berpotensi menyebabkan hilangnya nilai investasi.

Meminimalkan Risiko pada Reksa Dana

Ada beberapa tips yang bisa kamu terapkan untuk meminimalkan risiko pada reksa dana.

1. Memilih Obligasi dengan Rating yang Baik

Untuk meminimalkan risiko gagal bayar pada obligasi, pastikan surat utang yang menjadi portofolio dalam reksa dana pendapatan tetap merupakan obligasi yang memiliki peringkat atau rating yang baik dari lembaga pemeringkat yang kompeten. Saat ini terdapat empat lembaga pemeringkat obligasi yang diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yakni PT Pemeringkat Efek Indonesia, Moody’s Investor Service, Standard & Poor’s, dan Fitch Ratings. Selain itu, kamu juga harus memastikan bahwa perusahaan yang menerbitkan surat utang sedang tidak dalam kondisi pailit. Kamu bisa mengecek susunan portofolio reksa dana dari fund fact sheet yang diterbitkan MI secara berkala.

Contohnya adalah reksa dana Insight Renewable Energy Fund, dimana salah satu portofolionya adalah Obligasi Berkelanjutan IV Merdeka Copper Gold Tahap IV Tahun 2023 atau dengan kode pencatatan MDKA04BCN4. Melansir BEI, hasil pemeringkatan obligasi dari Pefindo untuk obligasi ini adalah idA+ (Single A Plus), dimana perusahaan tersebut memiliki fundamental yang solid secara jangka panjang.

2. Pastikan Saham yang Dipilih Adalah Saham Berfundamental Baik

Untuk menghindari reksa dana saham berkinerja buruk, pastikan saham-saham yang menjadi pilihan adalah saham-saham berfundamental baik. Usahakan memilih reksa dana yang menggunakan indeks utama Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai acuan seperti LQ44, IDX30, atau IDX80. Misal, reksa dana Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A yang merupakan produk dari Syailendra Capital. Top holding atau mayoritas portofolio dalam reksa dana ini merupakan saham-saham berfundamental baik seperti saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), hingga PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

3. Nilai AUM Bisa Jadi Pertimbangan

Dana kelolaan alias asset under management (AUM) merupakan total nilai pasar yang didapatkan setiap kali investor mempercayakan investasinya kepada MI. Besaran AUM bisa kamu jadikan sebagai salah satu indikator untuk memilih reksa dana. Semakin banyak investor yang menaruh dananya di suatu reksa dana, maka menandakan produk tersebut banyak diminati serta dipercaya masyarakat. Selain itu, besaran AUM juga bisa menjadi indikator likuiditas. Sebab, semakin besar AUM, maka semakin tinggi jaminan adanya kesediaan dana jika terjadi redemption reksa dana dalam jumlah besar.

Nah Sobat Makmur, setelah membaca artikel ini tentunya kamu sudah semakin paham apa saja risiko yang terkandung dalam reksa dana, baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Selain memahami risiko, pastikan kamu membeli reksa dana pilihamu di platform terpercaya seperti Makmur. Sebab, reksa dana yang dijual di Makmur merupakan produk pilihan dari MI profesional di tanah air. Untuk memaksimalkan kinerja portofoliomu, kamu juga bisa membeli reksa dana pilihan dengan memanfaatkan promo Outsatnding October 2024, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.


Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.

Link: Promo-Promo di Makmur

Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.

Download Makmur

Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.

Web Aplikasi Makmur

Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:

Website: Makmur.id


Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi

Bagikan
Facebook
Instagram
Tiktok
Artikel lainnya
Artikel

Trump Kirim Surat Tarif ke 12 Negara Menjelang Batas Jeda Tarif 9 Juli, Volatilitas Pasar Kembali Meningkat

Key Takeaways: Di tengah ketidakpastian global, kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menjadi sorotan pasar. Trump secara resmi mengonfirmasi telah menandatangani surat berisi pemberlakuan tarif ekspor terhadap 12 negara mitra dagang. Surat tersebut dijadwalkan dikirim hari ini, Senin (7/7), dan menjadi penanda berakhirnya masa negosiasi tarif yang diberikan AS sejak April lalu. […]

author
Content Management
calendar
08 Juli 2025
Artikel

Emiten Melakukan Stock Split, Ini Manfaatnya Bagi Investor Saham

Key Takeaways: Stock split atau pemecahan jumlah saham merupakan salah satu tindakan korporasi yang dilakukan oleh sebuah emiten. Meskipun jumlah saham yang dimiliki investor bertambah, nilai total investasi tetap tidak berubah. Tidak jarang, stock split menarik perhatian investor karena bisa berdampak pada pergerakan harga saham.  Sebagai contoh, pada Januari 2025 perusahaan kontraktor batu bara PT […]

author
Content Management
calendar
05 Juli 2025
Artikel

Danantara Perluas Investasi Strategis, Fokus pada Hilirisasi dan Energi Berkelanjutan

Key Takeaways: Langkah pemerintah untuk mendorong transformasi ekonomi nasional kini mulai terealisasi melalui peran aktif Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Lembaga yang baru dibentuk pada awal 2024 ini telah menyalurkan pendanaan ke sejumlah perusahaan yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Dalam artikel ini, Makmur akan membahas sejumlah langkah strategis yang tengah dijalankan […]

author
Content Management
calendar
03 Juli 2025
Artikel

Setelah CDIA, 7 Emiten Ini Akan Melantai di Bursa, Cermati Prospeknya

Key Takeaways: Memasuki semester II-2025, pasar modal Indonesia kembali diramaikan oleh penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO). Sebanyak tujuh perusahaan dari berbagai sektor akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal Juli 2025, membuka peluang investasi di sektor-sektor strategis seperti alat kesehatan, logistik, angkutan laut, edukasi, hingga distribusi produk telekomunikasi. Dalam artikel […]

author
Content Management
calendar
02 Juli 2025
Artikel

Ketidakpastian Global Kembali Meningkat Jelang Penerapan Tarif AS, Ini Strategi Investasi yang Perlu Dicermati

Key Takeaways: Di tengah kondisi ekonomi global yang belum stabil, pernyataan terbaru dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memicu kekhawatiran pasar. Trump mengisyaratkan tidak akan memperpanjang jeda tarif impor yang dijadwalkan berakhir pada 9 Juli 2025. Keputusan ini dinilai berpotensi memicu ketegangan perdagangan dan berdampak terhadap perekonomian negara-negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Dalam […]

author
Content Management
calendar
30 Juni 2025
Artikel

Product Review: Shinhan Sukuk Syariah I

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri keuangan syariah, termasuk di sektor pasar modal. Salah satu produk investasi syariah yang terus berkembang adalah reksa dana syariah, yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip syariah, bebas dari unsur riba dan spekulasi. Berdasarkan data Infovesta per 24 juni 2025, total dana kelolaan […]

author
Content Management
calendar
25 Juni 2025
Bergabunglah dengan lebih dari 500 ribu investor yang telah berinvestasi di Makmur
ios-app-storeandroid-googleplay-store
Hak Cipta ©2019 - 2025 PT Inovasi Finansial Teknologi
PT INOVASI FINANSIAL TEKNOLOGI (Makmur) adalah perusahaan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Semua investasi mengandung risiko dan kemungkinan kerugian nilai investasi. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja di masa depan. Simulasi investasi disediakan untuk tujuan informasi dan ilustrasi. Reksa dana adalah produk Manajer Investasi (MI) dan bukan produk APERD. APERD tidak bertanggung jawab atas pengelolaan portofolio yang dilakukan oleh MI.