Pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI) sejak awal tahun belum sepenuhnya memberikan dampak nyata ke sektor riil. Di tengah kondisi global yang belum sepenuhnya pulih, upaya bank sentral untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik masih menghadapi tantangan struktural, termasuk lemahnya permintaan kredit dan daya beli yang belum sepenuhnya pulih. Dalam artikel ini, Makmur akan membahas bagaimana kombinasi kebijakan moneter dan perkembangan pasar global mempengaruhi peluang investasi, serta strategi alokasi aset yang dapat dipertimbangkan oleh investor.
Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan sebesar total 75 basis poin (bps) sejak awal 2025. Pemangkasan dilakukan secara bertahap, 25 bps pada Januari menjadi 6%, 25 bps pada Mei menjadi 5,5%, dan 25 bps pada Juli menjadi 5,25%. Selain itu, BI juga secara aktif menurunkan outstanding Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk melonggarkan likuiditas di pasar.
Namun, pelonggaran kebijakan moneter oleh BI belum cukup efektif dalam mendorong pertumbuhan kredit. Data per Juni 2025 menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan hanya mencapai 7,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan 9,6% yoy pada Januari 2025. Ini mengindikasikan bahwa meskipun kondisi likuiditas lebih longgar, permintaan kredit dari sektor riil belum sepenuhnya pulih.
Sejumlah ekonom menilai bahwa pelonggaran moneter belum sepenuhnya berdampak ke sektor riil karena masih ada hambatan struktural non-moneter, seperti ketidakpastian regulasi, kurangnya sinergi kebijakan lintas sektor, serta minimnya kejelasan arah pembangunan jangka panjang. Faktor-faktor ini membuat pelaku industri belum terdorong untuk melakukan ekspansi, meskipun biaya pendanaan telah menurun.
Oleh karena itu, pelonggaran moneter perlu ditopang oleh kebijakan fiskal yang lebih responsif dan tepat sasaran. Ketika belanja pemerintah, terutama belanja modal dan program padat karya, mulai terealisasi secara signifikan, permintaan terhadap barang, jasa, dan pembiayaan pun diperkirakan akan meningkat.
Beberapa analis memperkirakan bahwa dengan stimulus fiskal yang lebih konkret, seperti percepatan proyek infrastruktur serta insentif fiskal untuk sektor produktif, akan tercipta iklim usaha yang lebih kondusif bagi ekspansi industri. Pada akhirnya, hal ini akan membuka ruang yang lebih besar bagi penyaluran kredit secara produktif oleh perbankan.
Sementara itu, BI sendiri dinilai masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga sekali lagi dalam sisa tahun ini. Namun efektivitas kebijakan ini sangat tergantung pada momentum fiskal dan realisasi program-program pemerintah, khususnya pada semester II-2025.
Dalam situasi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil, investor perlu lebih cermat dalam mengelola portofolio. Pendekatan defensif dapat menjadi pilihan, khususnya melalui instrumen yang relatif stabil namun tetap menawarkan potensi imbal hasil atraktif.
Salah satu instrumen yang dapat dipertimbangkan adalah reksa dana pendapatan tetap (RDPT), yang mayoritas alokasinya ditempatkan pada obligasi baik obligasi atau sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah maupun korporasi. Di tengah tren penurunan suku bunga, harga obligasi cenderung naik, sehingga RDPT berpeluang memperoleh keuntungan dari capital gain maupun kupon. Selain itu, beberapa RDPT juga membagikan dividen, yang dapat menjadi sumber arus kas tambahan bagi investor.
Di samping itu, RDPT sesuai bagi investor dengan profil risiko moderat hingga konservatif, yang mengutamakan kestabilan imbal hasil. Instrumen ini juga dapat menjadi pilihan sementara yang tepat bagi investor yang masih menanti momentum pemulihan ekonomi sebelum kembali masuk ke aset berisiko lebih tinggi seperti saham.
Misalnya, Anda berinvestasi di Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A dengan dana awal sebesar Rp30.000.000, dengan return 1Y sebesar 8,52% (data per 27 Juli 2025) dan rutin investasi Rp3.000.000/bulan, maka dalam 3 tahun, total investasi anda menjadi 15,06%.
*Disclaimer: Kinerja masa lalu tidak menjamin hasil masa mendatang.
Itulah pembahasan mengenai perlambatan pertumbuhan kredit perbankan di tengah pelonggaran moneter BI yang progresif, serta strategi investasi yang dapat dipertimbangkan. RDPT dapat menjadi pilihan yang menawarkan keseimbangan antara risiko dan imbal hasil, sekaligus memanfaatkan peluang dari tren penurunan suku bunga.
Di Makmur, Anda juga dapat memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Anda dapat memilih dan membeli reksa dana dengan memanfaatkan promo seperti promo Juicy July dan promo Semua Bisa Makmur.
Link: Promo-Promo di Makmur
Unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan berikan ulasan mengenai pengalaman investasi Anda di Makmur.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, Anda juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Anda juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link di bawah ini:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani
Key Takeaways: Badan Pengelola Investasi Danantara (Danantara) mempercepat pelaksanaan program strategis untuk mendukung transformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hingga akhir 2025, terdapat 22 program prioritas yang tersebar dalam tiga klaster utama: restrukturisasi, konsolidasi, dan pengembangan. Langkah ini menandai upaya serius Danantara dalam mengoptimalkan portofolio BUMN dalam lima bulan tersisa tahun ini. Dalam artikel ini, […]
Key Takeaways: Inflasi adalah faktor utama yang mempengaruhi perekonomian dan aset investasi yang bisa disebabkan oleh banyak hal seperti permintaan yang lebih tinggi dibandingkan pasokan, melonjaknya biaya produksi, hingga kebijakan moneter yang longgar. Fenomena inflasi biasanya ditandai kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode, yang dapat menggerus daya beli uang. Sebagai contoh, uang Rp100.000 […]
Key Takeaways: Bagaimana jika Anda dapat bertemu dengan diri Anda sendiri dari masa depan dan diberi tahu keputusan apa yang seharusnya Anda ambil hari ini? Kira-kira, apa yang akan ia katakan? “Jaga kesehatan,” mungkin. Tapi bisa juga “Anda seharusnya mulai investasi lebih awal.” Pertanyaan tersebut menjadi inti dari film Sore: Istri dari Masa Depan, sebuah […]
Key Takeaways: Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melambat pada 2025. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional menjadi 4,5%, lebih rendah dari target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 5,2% maupun proyeksi Bank Indonesia (BI) di kisaran 4,6%–5,4%. Pemangkasan ini mencerminkan tekanan yang belum mereda, baik dari […]
Key Takeaways: Investasi saham menawarkan peluang dan potensi return yang cukup besar, meskipun tidak lepas dari risiko. Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk membeli saham dari suatu perusahaan, penting bagi Anda untuk melakukan analisis yang mendalam terhadap kondisi keuangan perusahaan tersebut. Ada beberapa rasio keuangan yang umumnya digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan sebuah emiten atau […]