Salah satu jenis Reksa Dana yang digemari oleh banyak orang adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap. Reksa Dana pendapatan tetap memiliki risiko yang rendah dengan potensi imbal hasil yang lebih tinggi daripada deposito atau Reksa Dana pasar uang.
Dalam beberapa waktu terakhir, kinerja investasi Reksa Dana pendapatan tetap mengalami penurunan. Sehingga banyak investor yang mulai was-was terhadap kondisi tersebut.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi dan apa penyebab turunnya investasi Reksa Dana pendapatan tetap beberapa waktu terakhir?
Baca Juga: 6 Cara Bijak Mengelola Uang Menuju Akhir Tahun 2023
Reksadana pendapatan tetap adalah salah satu jenis Reksa Dana yang memiliki portofolio investasi yang dominan terdiri dari instrumen keuangan berpendapatan tetap yang minimal 80% dari total investasi seperti obligasi pemerintah dan obligasi perusahaan.
Tujuan utama dari reksadana pendapatan tetap adalah untuk menghasilkan pendapatan tetap atau stabil bagi para investor. Cocok untuk tujuan investasi dalam jangka menengah 3-5 tahun.
Salah satu penyebab utama penurunan kinerja investasi Reksa Dana pendapatan tetap dalam beberapa pekan terakhir karena pasar keuangan yang sangat sensitif terhadap pergerakan tingkat bunga acuan dalam negeri, yakni BI Rate dan luar negeri yakni suku bunga Amerika Serikat (AS), Fed Rate.
Saat ini, posisi suku bunga The Fed dan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang berpotensi setara pada level 5,75% berisiko menimbulkan gejolak di Tanah Air hingga saat ini. Seperti yang kita ketahui bahwa suku bunga Bank Indonesia berada pada 5,75% sedangkan suku bunga The Fed berada pada 5,25%-5,5% pada September 2023 waktu lalu.
Namun, kedepannya The Fed berencana akan menaikkan tingkat suku bunga satu kali lagi pada akhir tahun 2023 ini. Kondisi tersebut lah yang menyebabkan terjadinya capital outflow pada pasar keuangan di Indonesia termasuk obligasi dan saham.
Jika tingkat bunga acuan naik, maka harga aset seperti obligasi turun, terutama obligasi pemerintah, begitupun sebaliknya. Inilah yang menyebabkan harga-harga obligasi mengalami penurunan dan berdampat pada mayoritas Reksa Dana pendapatan tetap yang ada saat ini.
Apalagi mayoritas aset investasi pada Reksa Dana pendapatan tetap 80% berada pada aset obligasi. Kondisi ini memberikan dampak Reksa Dana pendapatan tetap mengalami penurunan dan membuat floating loss lebih besar daripada kondisi pada umumnya.
Sebagai investor yang harus kamu lakukan adalah tetap tenang dan fokus pada tujuan keuangan kedepannya. Penurunan kinerja investasi menjadi hal yang biasa pada saat berinvestasi di Reksa Dana.
Dengan penurunan kinerja investasi sekarang dapat memberikan peluang untukmu untuk tetap rutin berinvestasi di Reksa Dana. Karena pada jangka panjang, investasi Reksa Dana masih memberikan imbal hasil yang menguntungkan.
Walaupun dalam jangka pendek, kinerja investasi dapat naik turun sesuai dengan kondisi pasar keuangan.
Gunakan strategi Dollar Cost Averaging agar dapat tetap fokus untuk berinvestasi Reksa Dana agar tujuan keuanganmu tetap dapat tercapai ditengah kondisi yang ada saat ini.
***
Yuk mulailah berinvestasi di aplikasi yang Aman & Legal seperti Makmur, karena PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur) adalah perusahaan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Selain kamu dapat berinvestasi Reksa Dana, kamu juga bisa mendapatkan berbagai bonus investasi melalui promo-promo menarik dari Makmur. Yuk mulai perjalanan investasimu bersama Makmur dan temukan berbagai Reksa Dana terbaik dari Manajer Investasi pilihan.
Link: Promo-Promo Makmur
Yuk unduh Makmur melalui link dibawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Website: Makmur.id
Key Takeaways: Di tengah kondisi global yang masih diliputi ketidakpastian dan tren suku bunga tinggi, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tetap menunjukkan daya saing yang kuat. Tingkat yield yang kompetitif, ditambah stabilitas makroekonomi domestik, menjadikan SBN sebagai instrumen yang menarik bagi investor, baik ritel maupun institusi. Dalam artikel ini, Makmur akan membahas […]
Mengelola kekayaan tidak hanya berfokus pada kepemilikan aset, namun juga pada penerapan keputusan investasi yang dapat memberikan nilai ekonomi yang optimal dari waktu ke waktu. Dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah, pendekatan analitis yang mendalam sangat diperlukan untuk mengestimasi nilai suatu aset atau kewajiban di masa depan. Salah satu konsep kunci dalam hal ini […]
Dalam setahun terakhir, Bank Indonesia telah memangkas BI Rate sebanyak tiga kali menjadi 5,25% sebagai respon terhadap perlambatan ekonomi global dan inflasi yang tetap terkendali. Namun, penurunan suku bunga acuan ini belum sepenuhnya tercermin pada suku bunga kredit perbankan digital. Data per April 2025 menunjukkan bahwa Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) bank-bank digital masih bertahan […]
Pasar global kembali menghadapi ketidakpastian seiring meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah. Setelah serangan udara Israel ke Iran pada Jumat, 13 Juni 2025, Iran merespon dengan aksi balasan militer pada Sabtu, 14 Juni 2025. Ketegangan antara kedua negara ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran akan potensi meluasnya konflik di kawasan, tetapi juga berisiko mempengaruhi pergerakan harga […]
Dalam dunia investasi, pergerakan pasar tidak dapat sepenuhnya dapat diprediksi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik global maupun domestik, mulai dari rilis data ekonomi, kebijakan bank sentral, hingga dinamika geopolitik. Di tengah kondisi yang fluktuatif ini, pemahaman terhadap konsep risk-on dan risk-off menjadi penting bagi investor agar dapat menyusun strategi investasi yang tepat sesuai arah […]
Hai, Sobat Makmur! Negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok kembali menjadi sorotan pasar global. Kali ini, pertemuan lanjutan digelar di London sebagai bagian dari upaya meredakan ketegangan yang meningkat sejak awal tahun. Tak hanya menjadi momen penting dalam hubungan kedua negara, perundingan ini juga berpotensi mempengaruhi pasar keuangan global. Dalam artikel ini, Makmur […]