Hai, Sobat Makmur! Industri reksa dana mengalami perkembangan yang cukup pesat. Salah satu indikatornya terlihat dari jumlah investor reksa dana yang terus mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan, jumlah investor reksa dana mencapai 13,15 juta per September 2024. Jumlah ini naik 2,11% dari investor reksa dana bulan Agustus 2024 yang sebesar 12,88 juta investor. Tak hanya secara month-on-month (MOM), sejak awal tahun alias secara year-to-date (YTD) jumlah investor reksa dana bahkan melonjak 15,21%. Sebagai perbandingan, jumlah investor reksa dana pada akhir 2023 hanya sebanyak 11,41 juta investor. Kenaikan jumlah investor reksa dana ini sejalan dengan kenaikan jumlah investor pasar modal secara keseluruhan, dimana jumlah investor pasar modal di Indonesia mencapai 13,94 juta per September 2024. Jumlah ini naik 2,08% dari jumlah investor di periode Agustus 2024 yang sebesar 13,66 juta.
Tak hanya dari jumlah investor, pertumbuhan industri reksa dana juga tercermin dari kenaikan jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM). Per September 2024, total AUM mencapai Rp815,68 triliun atau naik 0,63% dari AUM per Agustus 2024 yang sebesar Rp810,59 triliun. Jumlah tersebut merupakan total dari dana kelolaan reksa dana dan kontrak pengelolaan dana (KPD).
Berdasarkan jenisnya, reksa dana pendapatan tetap menjadi reksa dana dengan nilai AUM terbesar yakni mencapai Rp150,37 triliun atau naik 0,92% dari AUM di periode Agustus 2024 yang sebesar Rp148,99 triliun. Di posisi kedua, ada reksa dana pasar uang (money market) dengan total AUM Rp85,52 atau naik turun tipis 1,73% dari AUM per Agustus 2024. Di posisi ketiga ada reksa dana saham dengan total AUM Rp78,24 triliun atau turun tipis 0,34% dari Agustus 2024. Keempat, ada reksa dana campuran dengan AUM Rp29,76 triliun atau naik 1,22% dari AUM reksa dana campuran per Agustus 2024 sebesar Rp29,44 triliun.
Chief Investment Officer dari PT Inovasi Finansial Teknologi (Makmur) Stefanus Dennis Winarto mengatakan, ada sejumlah faktor yang mendorong kinerja industri reksa dana Indonesia terus bertumbuh. Pertama, reksa dana menjadi instrumen paling cocok bagi investor pemula. Salah satu alasannya adalah adanya peran Manajer Investasi (MI) sebagai pihak ketiga. Dengan adanya MI sebagai pihak ketiga, tentunya investor tidak perlu repot untuk memantau perkembangan portofolionya. Sebab, MI akan melaporkan kinerja dan alokasi dana portofolio kepada investor secara teratur.
Dana milik investor akan dikelola secara profesional oleh MI. Kemudian, MI akan bertanggung jawab memilih aset yang akan dimasukkan dalam portofolio reksa dana, seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Pemilihan aset dilakukan berdasarkan analisis mendalam dan disertai dengan sejumlah pertimbangan makro ekonomi seperti kebijakan suku bunga, kebijakan moneter, dan kebijakan fiskal.
Kedua, membeli reksa dana sama dengan melakukan diversifikasi portofolio otomatis. Sebab, dana yang diinvestasikan dalam reksa dana akan dialokasikan oleh MI ke berbagai instrumen. Meskipun diversifikasi tidak dapat sepenuhnya menghilangkan risiko, mekanisme diversifikasi membantu mengelola risiko dengan lebih efektif dan memberikan potensi keuntungan yang stabil bagi investor. Selain itu, diversifikasi otomatis dalam reksa dana memberikan keuntungan bagi investor yang memiliki keterbatasan waktu dan pengetahuan dalam mengelola investasi.
Ketiga, kondisi makro saat ini cenderung menguntungkan instrumen reksa dana. Tingkat inflasi yang mereda di sejumlah negara mendorong sejumlah bank sentral untuk memangkas suku bunga acuannya. Dalam kondisi suku bunga yang rendah, harga obligasi akan cenderung naik. Penurunan suku bunga acuan akan menyebabkan suku bunga tabungan dan deposito di perbankan menjadi kurang menarik sehingga membuat investor mencari instrumen investasi yang bisa menghasilkan return yang lebih tinggi. Investor akan lebih tertarik berinvestasi di instrumen obligasi dibandingkan dengan menaruh uangnya di deposito karena obligasi berpotensi menghasilkan return lebih tinggi.
Kondisi ini akan menguntungkan reksa dana pendapatan tetap, dimana mayoritas reksa dana ini berisi efek yang bersifat utang, baik obligasi dan/atau sukuk. “Pada saat suku bunga rendah, reksa dana ini akan cenderung mengalami capital gain karena nilai imbal balik dari kupon utang akan menjadi semakin atraktif,” kata Stefanus.
Investor kemudian memanfaatkan momentum ini untuk mengakumulasi reksa dana pendapatan tetap. Secara YTD, nilai AUM reksa dana pendapatan tetap naik 4,56% menjadi Rp150,37 triliun dari sebelumnya Rp143,98 triliun pada Desember 2023.
Keempat, investasi reksa dana kini semakin mudah dengan hadirnya platform reksa dana seperti Makmur. Makmur merupakan platform aplikasi reksa dana yang memiliki izin resmi sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga, dana investasi nasabah tetap tersimpan dengan aman di bank kustodian. Investor juga dimudahkan dengan proses registrasi yang simple, dimana proses registrasi dilakukan 100% online dan hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit. Saat ini, lebih dari 500.000 investor ritel telah menggunakan Makmur.
Di Makmur, kamu bisa memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan, baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur bisa membeli reksa dana pilihanmu dengan memanfaatkan promo seperti promo Outstanding October, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri keuangan syariah, termasuk di sektor pasar modal. Salah satu produk investasi syariah yang terus berkembang adalah reksa dana syariah, yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip syariah, bebas dari unsur riba dan spekulasi. Berdasarkan data Infovesta per 24 juni 2025, total dana kelolaan […]
Key Takeaways: Salah satu pendekatan yang cukup populer di kalangan investor adalah dengan menggunakan pendekatan analisis fundamental. Analisis ini salah satunya dapat digunakan digunakan untuk menemukan saham yang diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya, atau yang sering disebut saham undervalue. Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai valuasi saham adalah Price Earning Ratio (PER). PER mengukur […]
Key Takeaways: Pasar modal Indonesia kembali diramaikan oleh penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering / IPO) dari perusahaan strategis. Salah satu emiten yang tengah menarik perhatian investor adalah PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), anak usaha Grup Chandra Asri (TPIA), yang akan mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 08 Juli 2025. […]
Key Takeaways: Di tengah kondisi global yang masih diliputi ketidakpastian dan tren suku bunga tinggi, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tetap menunjukkan daya saing yang kuat. Tingkat yield yang kompetitif, ditambah stabilitas makroekonomi domestik, menjadikan SBN sebagai instrumen yang menarik bagi investor, baik ritel maupun institusi. Dalam artikel ini, Makmur akan membahas […]
Mengelola kekayaan tidak hanya berfokus pada kepemilikan aset, namun juga pada penerapan keputusan investasi yang dapat memberikan nilai ekonomi yang optimal dari waktu ke waktu. Dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah, pendekatan analitis yang mendalam sangat diperlukan untuk mengestimasi nilai suatu aset atau kewajiban di masa depan. Salah satu konsep kunci dalam hal ini […]
Dalam setahun terakhir, Bank Indonesia telah memangkas BI Rate sebanyak tiga kali menjadi 5,25% sebagai respon terhadap perlambatan ekonomi global dan inflasi yang tetap terkendali. Namun, penurunan suku bunga acuan ini belum sepenuhnya tercermin pada suku bunga kredit perbankan digital. Data per April 2025 menunjukkan bahwa Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) bank-bank digital masih bertahan […]