Hai, Sobat Makmur! Akhir tahun biasanya menjadi periode yang cemerlang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Akan tetapi, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pergerakan IHSG di akhir tahun ini cukup menantang, dimana IHSG sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai prospek IHSG ke depan dan pilihan investasi yang bisa Sobat Makmur terapkan dalam berinvestasi di 2025. Yuk, disimak!
Sempat Sentuh Level Terendah dalam 3 Bulan
IHSG terpantau melemah cukup dalam sepanjang bulan ini. Pekan lalu, IHSG sempat jebol ke level di bawah 7.000, tepatnya di level 6.931,581. Ini merupakan level terendah IHSG dalam 3 bulan terakhir. Pelemahan IHSG ini dibarengi dengan dana asing yang keluar dari pasar saham Indonesia, yang dalam 1 pekan terakhir mencapai Rp 3,98 triliun. Alhasil, sejak awal tahun alias secara year-to-date (YTD), IHSG telah melemah 2,69%.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan IHSG melemah cukup dalam pada bulan ini. IHSG tertekan ketika ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan yang lebih rendah daripada ekspektasi. Investor cenderung keluar dari pasar saham seusai mengetahui potensi pemotongan suku bunga acuan akan semakin kecil pada 2025. Saham perbankan besar (big bank) menjadi saham yang paling banyak dijual asing, sehingga harga sahamnya cenderung tertekan. Penurunan harga saham big bank cukup berdampak pada IHSG karena saham-saham sektor perbankan memiliki bobot yang cukup besar. Masih dari eksternal, indeks dolar AS (DXY) yang menguat signifikan membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga tertekan. Ditambah, kenaikan imbal hasil (yield) US Treasury membuat pasar saham kembali merana.
Sementara itu, dari domestik belum ada sentimen yang mampu mengangkat IHSG. Pasar berfokus pada rencana pemerintah menaikkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang memicu sentimen negatif jangka pendek terhadap pasar saham. Kenaikan PPN bisa meningkatkan harga barang dan jasa bagi konsumen, sehingga dapat menekan daya beli masyarakat. Menurunnya konsumsi berpotensi menggerus pendapatan perusahaan khususnya yang bergerak di sektor barang konsumsi yang pada akhirnya mempengaruhi prospek kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, kenaikan PPN juga berpotensi menghambat konsumsi yang akhirnya melemahkan ekonomi dalam negeri. Tentu ini menjadi sentimen negatif bagi IHSG.
Prospek IHSG ke Depan
Meski sempat mengalami rebound pada pekan ini, Sobat Makmur tetap harus waspada terhadap koreksi susulan yang bisa melanda IHSG. Berikut adalah sejumlah sentimen di pasar saham yang wajib kamu cermati.
1. Profit Taking
Salah satu sentimen yang harus kamu cermati adalah potensi adanya aksi ambil untung alias profit taking menjelang libur Natal dan Tahun Baru. Kamu harus mewaspadai potensi profit taking terhadap saham-saham yang sudah naik tinggi sejak awal tahun dan memiliki bobot yang cukup besar terhadap IHSG seperti saham AMMN, BREN, PANI, DSSA, dan TPIA.
2. Sentimen PPN 12%
Mulai Januari 2025, pemerintah akan menerapkan tarif PPN baru dari semula 11% menjadi 12%. Kenaikan PPN dapat mempengaruhi pasar saham, meskipun dampaknya bersifat tidak langsung. Peningkatan tarif ini berpotensi menekan konsumsi masyarakat karena harga barang dan jasa menjadi lebih mahal, yang pada akhirnya mengurangi daya beli. Apabila penurunan daya beli cukup signifikan, perusahaan (emiten) yang mengandalkan konsumsi domestik bisa mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih. Penurunan laba ini dapat memicu tekanan pada harga saham emiten tersebut, karena investor mungkin menganggap potensi profitabilitasnya menurun, sehingga mendorong aksi jual yang berujung pada penurunan harga saham perusahaan.
3. Kebijakan Presiden Amerika Serikat Terpilih
Presiden terpilih AS Donald Trump akan dilantik pada 25 Januari 2025 mendatang. Dalam jangka pendek, investor kemungkinan akan wait and see terkait rencana kebijakan Trump saat menjabat Presiden AS khususnya kebijakan di sektor perdagangan. Trump cenderung menerapkan kebijakan yang proteksionis khususnya dengan China dan berpotensi menimbulkan serangan balasan. Hal ini bisa memicu kekhawatiran dampak kebijakan tersebut terhadap perdagangan global seperti perang dagang. Perang dagang cukup menjadi sentimen pemberat bagi IHSG, seperti yang pernah terjadi pada 2019. Untuk mengantisipasinya, investor kemungkinan melakukan rotasi portofolio ke aset-aset aman (safe haven), seperti dolar AS, obligasi pemerintah, dan emas, yang menyebabkan tekanan sementara pada pasar saham. Kondisi ini juga dapat memicu capital outflow modal asing dari pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.
4. Sikap Hawkish The Fed
Untuk tahun depan, Bank Sentral AS yakni The Fed memberi sinyal kebijakan yang hawkish, dimana The Fed kemungkinan hanya akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali lagi. The Fed diramal hanya melakukan pemotongan fed rate sebesar 50 basis points (bps) saja dari yang sebelumnya diperkirakan mencapai total 100 bps. Sikap The Fed yang cenderung hawkish menjadi sentimen negatif bagi pasar saham, yang tercermin dari pergerakan bursa AS yang sempat terkoreksi cukup dalam pekan lalu.
Nah, Sobat Makmur, itu dia sejumlah sentimen yang diperkirakan masih membayangi IHSG sampai akhir tahun. Tentunya, masih banyak lagi sentimen dari dalam maupun luar negeri yang bisa menyeret IHSG ke zona merah.
Untuk itu, penting bagi kamu untuk memilih instrumen yang tepat untuk mewujudkan resolusi keuangan di 2025. Kamu juga bisa menerapkan strategi diversifikasi untuk mengurangi risiko dalam penurunan nilai investasi. Dengan menyebar investasi ke berbagai jenis aset atau sektor, kamu dapat mengurangi dampak negatif dari kinerja buruk satu aset terhadap keseluruhan portofolio.
Kamu dapat melakukan diversifikasi aset dengan berinvestasi reksa dana. Jika kamu berinvestasi di reksa dana, dana milikmu akan dikelola secara otomatis dan profesional oleh Manajer Investasi (MI). MI bertugas menentukan aset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio reksa dana, seperti saham, obligasi, atau instrumen pasar uang, tergantung pada jenis reksa dana yang kamu pilih. Pemilihan aset ini dilakukan berdasarkan analisis mendalam serta mempertimbangkan berbagai aspek makroekonomi untuk memastikan pengelolaan investasi yang optimal.
Reksa dana campuran bisa menjadi alternatif pilihan untuk menerapkan strategi diversifikasi. Dengan alokasi aset pada saham, obligasi, dan instrumen pasar uang, reksa dana campuran menawarkan potensi imbal hasil yang lebih stabil. Diversifikasi yang ditawarkan oleh reksa dana campuran membantu mengelola risiko di tengah sentimen pasar yang dinamis.
Sobat Makmur juga bisa mencermati reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana jenis ini menginvestasikan mayoritas dananya pada instrumen surat utang (obligasi dan atau sukuk), termasuk obligasi pemerintah. Dengan portofolio yang didominasi oleh obligasi, reksa dana pendapatan tetap cenderung menghasilkan imbal hasil yang relatif stabil, terlepas dari fluktuasi jangka pendek yang mungkin muncul akibat sentimen negatif di pasar saham.
Sementara itu, reksa dana pasar uang menjadi pilihan ideal bagi kamu yang mengutamakan keamanan dan likuiditas di tengah ketidakpastian pasar akibat kenaikan biaya dan perubahan daya beli. Reksa dana pasar uang berinvestasi pada instrumen jangka pendek seperti deposito dan obligasi jangka pendek yang mana memiliki volatilitas yang minim.
Pastikan kamu membeli reksa dana pilihanmu di Makmur. Sebab di Makmur, kamu bisa memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan dengan kurasi dan seleksi yang ketat, baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur juga bisa memaksimalkan kinerja portofolio dengan memanfaatkan sejumlah promo dari Makmur seperti promo December Wealth, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Hai, Sobat Makmur! Tahun lalu, pasar modal tanah air cukup diwarnai sejumlah sentimen negatif, yang membuat sejumlah instrumen investasi memberikan return negatif. Salah satunya adalah pasar saham dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 2,65% sepanjang 2024. Beberapa saham berfundamental bagus (blue chips) juga turut terkoreksi cukup dalam. Akan tetapi, instrumen reksa dana, khususnya reksa […]
Hai, Sobat Makmur! Ada banyak fenomena dan istilah dalam pasar modal. Selain window dressing, salah satu fenomena yang biasa terjadi adalah January Effect. Fenomena ini biasanya terjadi di awal tahun dan menjadi fenomena yang ditunggu oleh investor. Pertanyaannya, setelah window dressing nihil terjadi di akhir tahun lalu, apakah January Effect berpotensi terjadi tahun ini? Dalam […]
Hai, Sobat Makmur! Pemerintah telah resmi menerapkan program makan bergizi gratis (MBG) pada Senin (6/1). Ini merupakan program unggulan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming, yang dilaksanakan tepat 78 hari setelah Prabowo dilantik menjadi Presiden. Dalam pelaksanaannya, program makan bergizi gratis ini melibatkan sejumlah sektor. Dalam artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai […]
Hai, Sobat Makmur! Tahun 2024 menjadi periode yang cukup berwarna bagi pasar modal Indonesia. Meski cenderung turun dibanding tahun 2023, sejumlah pencapaian berhasil dicetak oleh pasar modal tanah air di tengah gempuran sentimen domestik dan internasional. Dalam artikel kali ini, Makmur akan mengajak kamu untuk melihat pencapaian pasar modal Indonesia sepanjang 2024 dan juga target […]
Hai, Sobat Makmur! Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2024 dan dalam beberapa hari lagi akan memasuki tahun baru 2025. Tahun 2025 bisa menjadi momentum Sobat Makmur untuk mengatur dan menyusun resolusi keuangan. Namun, menyusun resolusi keuangan tidak cukup hanya dengan niat dan rencana saja. Dibutuhkan strategi dan pemilihan instrumen yang tepat agar […]
Hai, Sobat Makmur! Menjelang akhir tahun 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah. Seperti dua sisi mata uang, pelemahan nilai tukar rupiah membawa dampak negatif dan positif terhadap sejumlah sektor. Dalam artikel kali ini, Makmur akan membahas mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan saham sektor mana saja yang terimbas dampak […]