Artikel

Skenario IHSG ke Level 10.000 di 2026 menurut JP Morgan, Apa Saja Katalis Utamanya?

author
Content Management
author
19 Desember 2025
Facebook
Instagram
Tiktok
blog-detail

Key Takeaways:

  • J.P. Morgan memproyeksikan IHSG mencapai 9.100 di akhir 2026 dalam base case, dengan potensi menembus 10.000 pada skenario bull case dan turun ke 7.800 dalam skenario bear case.
  • Beberapa faktor utama yang dapat mendorong IHSG ke level 10.000 adalah belanja pemerintah yang ekspansif, pelonggaran suku bunga acuan, stabilitas ekonomi global, peningkatan kinerja korporasi, dan tumbuhnya jumlah investor.
  • Risiko utama yang dapat menghambat pencapaian target tersebut meliputi depresiasi nilai tukar rupiah, pengetatan likuiditas global, ketegangan geopolitik, dan valuasi pasar yang tidak didukung oleh pertumbuhan laba emiten.

J.P. Morgan merilis proyeksi terbaru pada awal Desember 2025, khususnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun 2026. Namun, sebelum membahas proyeksi tersebut, Anda perlu mengetahui bahwa J.P. Morgan merupakan salah satu institusi keuangan yang berbasis di Amerika Serikat. 

Pengalamannya di industri keuangan mencakup layanan investasi, perbankan, serta pengelolaan aset sebagai salah satu aset manajemen terbesar di dunia. Hal inilah yang membuat proyeksi atau analisis dari J.P. Morgan sering menjadi acuan investor dan pelaku pasar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 

Skenario IHSG 2026 menurut J.P. Morgan

Dalam analisis terbarunya, J.P. Morgan menetapkan target basis (base case) untuk IHSG pada level 9.100 pada akhir tahun 2026. Proyeksi ini berdasarkan sejumlah asumsi makroekonomi dan kinerja korporasi saat ini.

Namun, J.P. Morgan juga membuka kemungkinan terjadinya skenario optimis (bull case). Dalam skenario bull case, IHSG diperkirakan mampu menembus level psikologis 10.000. Angka ini mencerminkan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Di sisi lain, J.P. Morgan juga memproyeksikan skenario bear case, IHSG bisa berada di level 7.800. Angka ini menjadi pengingat bahwa fluktuasi dan ketidakpastian tetap menjadi faktor utama dalam dinamika pasar keuangan.

Faktor Pendorong IHSG ke Level 10.000

Untuk mencapai target 10.000, J.P. Morgan menyoroti sejumlah katalis penting yang perlu diperhatikan. Berikut beberapa faktor utama yang menjadi landasan optimisme tersebut:

1. Belanja pemerintah dan kebijakan fiskal 

Salah satu pendorong skenario bull case IHSG adalah Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026. Investasi pada infrastruktur, pendidikan, dan sektor strategis lainnya berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif. Stimulus fiskal yang terarah dan berkelanjutan akan menciptakan multiplier effect terhadap aktivitas korporasi dan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya mendukung kinerja emiten di bursa.

2. Pelonggaran moneter yang berlanjut

Jika Bank Indonesia (BI) tetap menjaga tingkat suku bunga di level rendah, hal ini akan mendorong permintaan kredit, investasi sektor riil, dan perputaran modal di pasar saham. Pelonggaran moneter juga meningkatkan daya tarik aset yang memiliki risiko tinggi seperti saham. Sebagai catatan, sejak awal hingga pertengahan 2025, BI sudah mulai memangkas suku bunga acuan secara bertahap. 

Di bulan Agustus, BI kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) dari 5,25% menjadi 5%. Terakhir, pada Oktober 2025 suku bunga acuan kembali diturunkan sebesar 25 bps dari 5% ke level 4,75%, yang juga dipertahankan BI pada November 2025. Di sisi lain, analis J.P. Morgan memproyeksikan BI memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali atau total 50 bps pada tahun 2026.

3. Pemulihan kondisi global dan stabilitas makro

Stabilitas global juga ikut memengaruhi pergerakan IHSG. Jika perekonomian dunia seperti Amerika Serikat (AS), China, dan Eropa berhasil menjaga momentum pertumbuhan dan menghindari resesi berkepanjangan, maka sentimen positif berpotensi meluas ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Stabilitas global dan domestik yang terjaga menjadi fondasi kuat bagi reli IHSG, terutama ketika inflasi AS mulai terkendali, China meningkatkan stimulus untuk menjaga pertumbuhan, dan meredanya perang dagang antara AS dan China. 

4. Re-rating valuasi dan perbaikan kinerja korporasi

J.P. Morgan juga menilai bahwa valuasi pasar Indonesia masih relatif menarik. Jika terjadi re-rating, yaitu peningkatan valuasi karena perubahan persepsi investor, maka hal ini akan menjadi pemicu naiknya IHSG. Perbaikan kinerja korporasi, khususnya dalam hal laba bersih dan efisiensi operasional, juga akan memperkuat daya tarik emiten di mata investor. 

Sejalan dengan itu, J.P. Morgan baru-baru ini melakukan re-rating pada sejumlah emiten blue chip perbankan, termasuk menaikkan peringkat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menjadi Overweight, rekomendasi yang menunjukkan keyakinan bahwa saham tersebut berpotensi memberikan kinerja lebih tinggi daripada pasar. 

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk direvisi dari Underweight, rating yang menandakan ekspektasi kinerja di bawah pasar, menjadi Neutral, yang berarti prospeknya dinilai seimbang dengan kinerja pasar. Serangkaian re-rating ini menjadi sinyal bahwa valuasi emiten besar semakin menarik dan berpotensi memberikan dorongan tambahan bagi reli IHSG.

5. Peningkatan investor

Partisipasi investor ritel dan institusi, baik domestik maupun asing, terus menjadi faktor penting dalam menggerakkan pasar modal. Secara historis, jumlah Single Investor Identification (SID) menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. 

Menurut Data Statistik Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor mengalami lonjakan besar dari 3,88 juta pada 2020 menjadi 19,19 juta pada Oktober 2025. Secara keseluruhan, ini mencerminkan peningkatan sekitar 394,59% dalam lima tahun, menunjukkan ekspansi basis partisipasi pasar yang berkelanjutan.

Tantangan IHSG Menuju Level 10.000

Meskipun proyeksi optimis disampaikan, Anda juga perlu memperhatikan sejumlah tantangan yang dapat menjadi hambatan menuju level 10.000. Berikut adalah beberapa risiko yang disorot oleh J.P. Morgan:

1. Volatilitas nilai tukar dan depresiasi rupiah

Fluktuasi nilai tukar, terutama terhadap dolar AS, bisa memberikan tekanan terhadap stabilitas pasar. Depresiasi rupiah dapat meningkatkan beban utang korporasi berdenominasi valuta asing dan memicu arus keluar modal dari pasar saham. Selain itu, volatilitas kurs menciptakan ketidakpastian yang menyulitkan pelaku pasar dalam menyusun strategi dan perencanaan investasi di dalam negeri.

2. Kondisi likuiditas global dan domestik

Kebijakan moneter global, khususnya dari bank sentral seperti The Fed, memiliki dampak signifikan terhadap likuiditas di pasar negara berkembang. Pengetatan likuiditas atau kenaikan suku bunga di negara maju dapat memicu penarikan dana oleh investor global dari pasar saham Indonesia. Jika hal ini terjadi bersamaan dengan menurunnya likuiditas domestik, aktivitas perdagangan dan investasi berpotensi melemah, sehingga menambah tekanan terhadap stabilitas pasar. 

Ketika The Fed bersikap hawkish atau melanjutkan pengetatan likuiditas, investor global biasanya mengalihkan portofolionya ke aset berisiko rendah seperti obligasi pemerintah AS yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dan dianggap lebih aman, sehingga aliran modal keluar dari pasar negara berkembang seperti Indonesia cenderung meningkat.

3. Risiko eksternal dan geopolitik

Ketegangan geopolitik, konflik regional, maupun perang dagang antarnegara dapat memicu sentimen negatif secara global. Risiko-risiko tersebut berpotensi mengganggu rantai pasok, menekan aktivitas perdagangan internasional, dan menurunkan kepercayaan investor. Sebagai indeks yang sensitif terhadap perubahan sentimen, IHSG dapat terkoreksi apabila tekanan eksternal meningkat secara signifikan.

Walaupun ada sejumlah tantangan, namun proyeksi bull case J.P. Morgan yang menyebutkan IHSG bisa ke level 10.000 di akhir 2026 mencerminkan keyakinan terhadap prospek jangka menengah pasar modal Indonesia. Namun, Anda perlu memahami bahwa proyeksi tersebut bergantung pada berbagai faktor pendukung, mulai dari kebijakan fiskal, suku bunga, stabilitas global, hingga kinerja korporasi.

Apabila Anda ingin mengoptimalkan potensi pertumbuhan IHSG secara praktis, Anda bisa berinvestasi pada reksa dana saham. Manajer investasi (MI) yang nantinya akan mengelola portofolio secara profesional, sehingga Anda tetap dapat berinvestasi secara optimal tanpa harus memantau pasar setiap saat.

Pastikan Anda berinvestasi reksa dana saham melalui Makmur, perusahaan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ada beragam produk reksa dana saham yang bisa Anda pilih, salah satunya Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A. Berdasarkan data per 17 Desember 2025, reksa dana saham ini memiliki return sebesar 22,40% secara year-to-date (ytd). 


Di Makmur, Anda juga bisa memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Anda bisa berinvestasi reksa dana dengan memanfaatkan promo seperti promo December Thrive, promo Semua Bisa Makmur dan promo Makmur Premium Tour.

Link: Promo-Promo di Makmur

Unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan berikan ulasan mengenai pengalaman investasi Anda di Makmur.

Download Makmur

Perlu diketahui, selain melalui aplikasi, Anda juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.

Web Aplikasi Makmur

Anda juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link di bawah ini:

Website: Makmur.id


Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani

Bagikan
Facebook
Instagram
Tiktok
Artikel lainnya
Artikel

Analisis Peluang dari Window Dressing dan January Effect

Key Takeaways: Dalam dunia investasi saham, terdapat dua fenomena yang kerap terjadi menjelang dan setelah pergantian tahun, yaitu window dressing dan January effect. Keduanya sering dimanfaatkan oleh investor untuk merancang strategi yang lebih terarah pada akhir dan awal tahun. Window dressing adalah strategi yang dilakukan oleh manajer investasi dan institusi keuangan menjelang akhir tahun untuk […]

author
Content Management
calendar
19 Desember 2025
Artikel

Pesanan Mencapai Lebih dari 1 Juta SID, IPO SUPA Catat Rekor Baru Pasar Modal di Indonesia

Key Takeaways: PT Super Bank Indonesia Tbk akan mencatatkan sahamnya di BEI dengan harga penawaran Rp635 per saham yang diikuti oleh lonjakan partisipasi investor dalam penawaran umum perdana saham pada Desember 2025. Hal ini mencerminkan dinamika baru di pasar modal Indonesia dengan jumlah pemesanan yang mencapai lebih dari 1 juta Single Investor Identification (SID), IPO […]

author
Content Management
calendar
16 Desember 2025
Artikel

Cara Membaca Yield Spread untuk Mengetahui Kondisi Ekonomi

Key Takeaways: Mengetahui kondisi ekonomi merupakan hal yang sangat penting, terutama bagi investor. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur arah dan kondisi ekonomi adalah yield spread, yang memberikan petunjuk awal mengenai ekspektasi pasar terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, bahkan kemungkinan terjadinya resesi.  Untuk itu, Anda perlu mengetahui bagaimana membaca yield spread agar dapat membuat […]

author
Content Management
calendar
15 Desember 2025
Artikel

Mengenal Model Penilaian CAPM dan Fungsinya Dalam Analisis Investasi

Key Takeaways: Memahami bagaimana suatu aset dinilai merupakan langkah krusial sebelum Anda mengambil keputusan finansial. Salah satu model yang banyak digunakan untuk menghitung nilai wajar sebuah aset investasi adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model penilaian CAPM ini memberikan pendekatan kuantitatif dalam menghubungkan risiko dan imbal hasil yang diharapkan dari suatu aset. CAPM pertama kali […]

author
Content Management
calendar
12 Desember 2025
Artikel

Top 3 Reksa Dana Saham Terbaik 2025 di Makmur dengan AUM di Atas Rp1 Triliun

Key Takeaways: Memasuki akhir tahun 2025, ini adalah waktu yang tepat untuk merencanakan investasi Anda di tahun 2026. Bagi Anda yang berminat untuk berinvestasi pada reksa dana saham, mengamati kinerja beberapa produk reksa dana saham sepanjang tahun 2025 dapat menjadi bahan pertimbangan.  Oleh karena itu, Makmur telah merangkum daftar Top 3 Reksa Dana Saham yang […]

author
Content Management
calendar
11 Desember 2025
Bergabunglah dengan lebih dari 500 ribu investor yang telah berinvestasi di Makmur
ios-app-storeandroid-googleplay-store
Hak Cipta ©2019 - 2025 PT Inovasi Finansial Teknologi
PT INOVASI FINANSIAL TEKNOLOGI (Makmur) adalah perusahaan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Semua investasi mengandung risiko dan kemungkinan kerugian nilai investasi. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja di masa depan. Simulasi investasi disediakan untuk tujuan informasi dan ilustrasi. Reksa dana adalah produk Manajer Investasi (MI) dan bukan produk APERD. APERD tidak bertanggung jawab atas pengelolaan portofolio yang dilakukan oleh MI.