Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 baru saja dipublikasikan, yang memuat target pendapatan, belanja, dan defisit yang mencerminkan strategi fiskal pemerintah di tengah dinamika ekonomi global. Pendapatan negara ditargetkan naik, belanja pemerintah pusat meningkat dan transfer ke daerah menurun. Di sisi lain, asumsi kurs rupiah terhadap dolar AS menjadi sorotan. Dalam artikel ini, Makmur akan membahas rincian RAPBN 2026, dampaknya bagi perekonomian, serta peluang investasi strategis yang dapat dipertimbangkan investor untuk menjaga stabilitas portofolio di tengah ketidakpastian global.
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) merupakan dokumen resmi tahunan pemerintah yang memuat estimasi pendapatan, belanja, dan defisit negara. Dokumen ini berfungsi sebagai panduan strategis keuangan negara, menetapkan prioritas pengeluaran, strategi penerimaan melalui pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan sumber lain, serta arah kebijakan fiskal secara keseluruhan. Dengan memahami RAPBN, investor, lembaga keuangan, dan pemangku kepentingan dapat menilai implikasi kebijakan fiskal terhadap stabilitas ekonomi, peluang investasi, dan kondisi pasar keuangan dalam jangka menengah hingga panjang.
Dalam menyusun RAPBN 2026, pemerintah menargetkan pendapatan negara sebesar Rp3.148 triliun, naik 9,8% dari outlook 2025, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor pajak, senilai Rp2.692 triliun. Hal ini mencerminkan ekspektasi pemulihan ekonomi dan optimalisasi penerimaan fiskal.
Tabel 1.1 Asumsi Makro dan Proyeksi RAPBN 2026
Sumber: Kementerian Keuangan
Di sisi lain, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pada RAPBN 2026 ditargetkan turun ke Rp455 triliun. Penurunan ini seiring berkurangnya kontribusi dari sumber daya alam dan dividen badan usaha milik negara (BUMN) tertentu. Sementara itu, belanja negara diproyeksikan naik ke Rp3.786,5 triliun, didorong oleh belanja pemerintah pusat sebesar Rp3.136,5 triliun. Namun, transfer ke daerah justru dipangkas signifikan menjadi Rp650 triliun, menunjukkan fokus pemerintah pada prioritas belanja pusat. Struktur anggaran ini mencerminkan strategi fiskal yang menyeimbangkan pertumbuhan dan efisiensi pengeluaran.
Dengan target pendapatan dan belanja tersebut, pemerintah menetapkan defisit anggaran sebesar Rp638,8 triliun, setara 2,48% PDB. Rasio ini lebih rendah dibandingkan outlook 2025, mencerminkan upaya pemerintah menjaga fiskal sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi. Penurunan rasio defisit diharapkan meningkatkan keyakinan investor terhadap stabilitas fiskal jangka menengah.
Di sisi lain, RAPBN 2026 menggunakan asumsi kurs Rp16.500/US$, yang menurut Indef relatif konservatif. Saat ini, dolar AS justru melemah di tengah ketidakpastian global, sehingga asumsi rupiah tersebut dinilai lebih lemah dibanding potensi fundamental ekonomi Indonesia. Hal ini menjadi salah satu sorotan pasar, karena nilai tukar dapat mempengaruhi biaya utang, daya saing ekspor, serta inflasi domestik.
Selain itu, asumsi kurs yang lebih lemah ini juga berdampak pada proyeksi penerimaan negara, terutama bagi komponen pajak yang sensitif terhadap kegiatan ekspor-impor. Di sisi lain, stabilitas rupiah menjadi kunci bagi keberlanjutan aliran modal asing dan kepercayaan pasar.
Pemerintah merencanakan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) senilai lebih dari Rp700 triliun pada tahun 2026. Saat ini, imbal hasil SBN Indonesia masih relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia, sehingga tetap menarik bagi investor. Di samping itu, berlanjutnya peluang pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia pada semester II-2025 berpotensi menurunkan imbal hasil instrumen pendapatan tetap ke depan, sehingga momentum berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap (RDPT) menjadi semakin strategis.
RDPT dikelola oleh manajer investasi (MI) yang memahami kondisi pasar, dimana mengalokasikan minimal 80% portofolionya pada efek bersifat utang, baik obligasi pemerintah maupun korporasi. Dengan demikian, RDPT memungkinkan diversifikasi portofolio sekaligus memberikan potensi imbal hasil yang relatif stabil, sehingga dapat menjadi pilihan tepat untuk menghadapi volatilitas kurs dan ketidakpastian global. Selain itu, RDPT juga menawarkan distribusi imbal hasil secara berkala, sehingga portofolio investor dapat tetap terjaga keseimbangannya antara risiko dan potensi keuntungan.
Misalnya, Anda berinvestasi di KISI Fixed Income Fund Plus dengan dana awal sebesar Rp100.000.000, dan rutin menambah investasi Rp5.000.000 per bulan. Dalam satu tahun, total investasi Anda menjadi Rp167.534.624, naik 8,09% (data per 20 Agustus 2025).
*Disclaimer: Kinerja masa lalu tidak menjamin hasil masa mendatang.
Itulah pembahasan RAPBN 2026, yang meliputi target pendapatan negara, belanja, defisit, hingga asumsi kurs rupiah. Di tengah dinamika fiskal dan ketidakpastian global, diversifikasi portofolio melalui reksa dana pendapatan tetap dapat menjadi pilihan untuk menjaga stabilitas portofolio.
Di Makmur, Anda juga dapat memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Anda dapat memilih dan membeli reksa dana dengan memanfaatkan promo seperti promo August Financial Freedom, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Makmur Premium Tour.
Link: Promo-Promo di Makmur
Unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan berikan ulasan mengenai pengalaman investasi Anda di Makmur.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, Anda juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Anda juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link di bawah ini:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani
Key Takeaways: Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang populer di Indonesia karena kemudahan akses dan variasi produknya. Di antara berbagai jenis reksa dana, reksa dana terproteksi (RDT) dapat menjadi pilihan terutama bagi Anda yang menginginkan proteksi modal pada saat jatuh tempo dengan potensi imbal hasil tetap. Sebagian besar portofolio reksa dana terproteksi ditempatkan […]
Key Takeaways: Reksa dana menjadi salah satu instrumen yang banyak dipilih oleh investor karena kemudahan dan fleksibilitasnya. Selain reksa dana konvensional seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, dan reksa dana campuran, ada juga reksa dana terproteksi (RDT) yang memberikan perlindungan pokok investasi. Mengetahui perbedaan karakteristik keduanya akan memudahkan Anda […]
Key Takeaways: Pasar modal adalah tempat untuk membeli dan menjual berbagai instrumen keuangan, sekaligus sarana bagi perusahaan maupun pemerintah memperoleh pendanaan. Dengan memahami instrumen yang tersedia, Anda dapat membangun portofolio yang lebih optimal, meminimalisasi risiko, sekaligus memaksimalkan potensi imbal hasil. Jenis-Jenis Instrumen Pasar Modal Ada beberapa jenis instrumen pasar modal yang dapat Anda pilih untuk […]
Key Takeaways: Bank Indonesia (BI) kembali mengambil langkah strategis untuk mempercepat penyaluran kredit perumahan melalui program 3 juta rumah. Dalam kebijakan ini, BI menyiapkan insentif senilai Rp80 triliun yang bertujuan mendorong bank menyalurkan kredit ke sektor properti serta mendukung pengembang melalui fasilitas Surat Berharga Negara (SBN). Dalam artikel ini, Makmur akan membahas skema insentif BI, […]
Key Takeaways: Faktor yang Mempengaruhi Dividend Yield Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besaran dividend yield, di antaranya adalah: Semakin besar dividend yang dibagikan, semakin tinggi dividend yield yang diterima oleh investor. Besaran dividend yang dibagikan oleh emiten berbeda-beda, tergantung kebijakan perusahaan yang dibahas dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Harga saham yang lebih rendah pada […]