Hai Sobat Makmur! Beberapa waktu lalu, kita sudah membahas tokoh-tokoh inspiratif seperti Ray Dalio, John C. Bogle, dan Jim Simons yang memberikan banyak pelajaran terutama dalam bidang investasi. Kali ini, kita akan membahas sosok inspiratif lagi bernama Sir John Templeton. Penasaran? Yuk simak bersama!
Sir John Marks Templeton lahir pada 29 November 1912 di Winchester, Tennessee, Amerika Serikat. Tumbuh dalam lingkungan pedesaan, Templeton menunjukkan ketertarikan yang mendalam terhadap pendidikan dan keuangan. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di kota kelahirannya, Templeton melanjutkan studinya di Yale University, salah satu universitas di Amerika Serikat.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Templeton memulai kariernya di dunia keuangan pada akhir tahun 1930-an. Pada tahun 1937, ia mendirikan Templeton, Dobbrow & Vance, sebuah perusahaan investasi. Ini adalah langkah awal yang sangat penting dalam karier Templeton karena dari sinilah ia mulai mengembangkan strategi investasi yang kelak membuatnya terkenal.
Salah satu keputusan paling terkenal dan berani yang dibuat Templeton terjadi selama Perang Dunia II. Pada tahun 1939, ketika pasar saham global berada dalam kondisi yang sangat terpuruk akibat perang, Templeton meminjam $10,000 dan membeli 100 saham di setiap perusahaan publik di New York Stock Exchange yang diperdagangkan di bawah $1 per saham. Keputusan ini menunjukkan keberaniannya dalam mengambil risiko dan keyakinannya bahwa pasar pada akhirnya akan pulih. Langkah ini terbukti sangat menguntungkan, karena banyak saham yang dibelinya pulih dan naik nilainya setelah perang berakhir.
Pada tahun 1954, Templeton meluncurkan Templeton Growth Fund yang memberikan imbal hasil rata-rata 15% per tahun selama 38 tahun. Templeton Growth Fund merupakan bagian dari reksa dana global dan dikelola oleh Franklin Templeton Investments milik Templeton itu sendiri. Selain itu, beliau juga sebagai pelopor investasi pada pasar berkembang pada tahun 1960-an, dan merupakan salah satu orang pertama yang berinvestasi di pasar Jepang. Majalah Money menobatkannya sebagai “pemilih” saham global terhebat pada 1999. Templeton membawa perusahaannya ke publik pada tahun 1959, mengelola $66 juta, dan menambahkan lima dana tambahan di sektor-sektor seperti energi nuklir, bahan kimia, dan elektronik. Pada tahun 1992, Sir John Templeton menjual perusahaannya ke Franklin Resources senilai $913 juta.
Sir John Templeton dikenal karena strategi investasinya yang inovatif. Beberapa prinsip utama dalam strateginya meliputi:
Selain keberhasilannya di dunia investasi, Sir John Templeton juga dikenal sebagai seorang filantropis yang dermawan. Pada tahun 1987, ia mendirikan Templeton Foundation, sebuah organisasi yang mendukung penelitian ilmiah dan kegiatan yang mempromosikan dialog antara sains dan agama. Templeton Foundation memberikan dana bagi berbagai proyek penelitian di seluruh dunia, termasuk pada bidang-bidang seperti fisika, biologi, psikologi, dan studi keagamaan.
Templeton Prize, yang didanai oleh yayasan ini, diberikan setiap tahun kepada individu yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam memajukan pemahaman spiritual. Penghargaan ini sering kali disebut sebagai “Nobel Prize for Religion” dan diberikan kepada individu-individu dari berbagai latar belakang agama. Templeton Prize tidak hanya mengakui pencapaian spiritual dan religius, tetapi juga mendorong dialog dan kerjasama antara sains dan agama.
Atas kontribusinya yang luar biasa di dunia investasi dan filantropi, Templeton menerima banyak penghargaan dan pengakuan. Pada tahun 1987, ia dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II sebagai Sir John Templeton. Penghargaan ini diberikan atas kontribusinya dalam memajukan pemahaman manusia melalui investasi dan filantropi. Selain itu, ia juga menerima berbagai penghargaan lainnya dari berbagai institusi di seluruh dunia yang mengakui kontribusinya dalam berbagai bidang.
Sir John Templeton meninggal dunia pada 8 Juli 2008 di Nassau, Bahama, pada usia 95 tahun. Warisannya tetap hidup melalui karya-karya dan kontribusinya di dunia investasi serta melalui Templeton Foundation yang terus mendukung penelitian dan proyek-proyek yang menginspirasi. Banyak investor dan filantropis modern yang masih merujuk pada prinsip-prinsip dan pendekatan Templeton dalam investasi dan filantropi.
Sir John Templeton adalah sosok yang menginspirasi dengan prinsip-prinsip investasinya yang berfokus pada value investing, diversifikasi global, dan contrarian investing. Kita bisa belajar investasi dari beliau melalui hal tersebut.
Namun, hal yang perlu kamu lakukan sebelum berinvestasi adalah menentukan tujuan investasimu dengan jelas dan juga memahami profil risiko investasimu terlebih dahulu. Setelah itu, baru pilihlah reksa dana yang sesuai dengan tujuan dan impian jangka panjangmu.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Ilham Fitriadi Budiarto
Key Takeaways: Badan Pengelola Investasi Danantara (Danantara) mempercepat pelaksanaan program strategis untuk mendukung transformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hingga akhir 2025, terdapat 22 program prioritas yang tersebar dalam tiga klaster utama: restrukturisasi, konsolidasi, dan pengembangan. Langkah ini menandai upaya serius Danantara dalam mengoptimalkan portofolio BUMN dalam lima bulan tersisa tahun ini. Dalam artikel ini, […]
Key Takeaways: Pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI) sejak awal tahun belum sepenuhnya memberikan dampak nyata ke sektor riil. Di tengah kondisi global yang belum sepenuhnya pulih, upaya bank sentral untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik masih menghadapi tantangan struktural, termasuk lemahnya permintaan kredit dan daya beli yang belum sepenuhnya pulih. Dalam artikel ini, […]
Key Takeaways: Inflasi adalah faktor utama yang mempengaruhi perekonomian dan aset investasi yang bisa disebabkan oleh banyak hal seperti permintaan yang lebih tinggi dibandingkan pasokan, melonjaknya biaya produksi, hingga kebijakan moneter yang longgar. Fenomena inflasi biasanya ditandai kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu periode, yang dapat menggerus daya beli uang. Sebagai contoh, uang Rp100.000 […]
Key Takeaways: Bagaimana jika Anda dapat bertemu dengan diri Anda sendiri dari masa depan dan diberi tahu keputusan apa yang seharusnya Anda ambil hari ini? Kira-kira, apa yang akan ia katakan? “Jaga kesehatan,” mungkin. Tapi bisa juga “Anda seharusnya mulai investasi lebih awal.” Pertanyaan tersebut menjadi inti dari film Sore: Istri dari Masa Depan, sebuah […]
Key Takeaways: Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melambat pada 2025. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional menjadi 4,5%, lebih rendah dari target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 5,2% maupun proyeksi Bank Indonesia (BI) di kisaran 4,6%–5,4%. Pemangkasan ini mencerminkan tekanan yang belum mereda, baik dari […]
Key Takeaways: Investasi saham menawarkan peluang dan potensi return yang cukup besar, meskipun tidak lepas dari risiko. Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk membeli saham dari suatu perusahaan, penting bagi Anda untuk melakukan analisis yang mendalam terhadap kondisi keuangan perusahaan tersebut. Ada beberapa rasio keuangan yang umumnya digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan sebuah emiten atau […]