Di tengah kondisi global yang masih diliputi ketidakpastian dan tren suku bunga tinggi, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tetap menunjukkan daya saing yang kuat. Tingkat yield yang kompetitif, ditambah stabilitas makroekonomi domestik, menjadikan SBN sebagai instrumen yang menarik bagi investor, baik ritel maupun institusi. Dalam artikel ini, Makmur akan membahas perkembangan terkini pasar obligasi Indonesia, posisi real yield Indonesia dibanding negara peers, tren aliran dana asing ke SBN, serta bagaimana reksa dana pendapatan tetap (RDPT) dapat menjadi opsi investasi dalam strategi diversifikasi portofolio.
Per Juni 2025, yield SBN tenor 10 tahun Indonesia tercatat berada di kisaran 6,69%–6,80%. Ini merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain.
Dengan inflasi yang relatif stabil di kisaran 2,64% dalam lima tahun terakhir, dan imbal hasil SBN saat ini di kisaran 6,7%–6,8%, real yield (imbal hasil setelah dikurangi inflasi) SBN Indonesia mencapai sekitar 4%–5%. Angka ini cenderung atraktif dibandingkan real yield beberapa negara peers di kawasan:
Kombinasi antara yield tinggi dan stabilitas makro ekonomi menjadi faktor utama yang menarik minat investor global terhadap pasar obligasi Indonesia.
Di tengah tren jual bersih (net sell) asing di pasar saham sebesar Rp529,95 miliar pada periode 16–18 Juni 2025, serta total net sell sebesar Rp49,13 triliun secara year-to-date (YTD), tekanan juga terjadi di pasar SRBI. Dalam periode 10–12 Juni 2025, pasar SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) mencatatkan net sell sebesar Rp710 miliar, dengan total net sell sepanjang tahun mencapai Rp21,82 triliun YTD.
Menariknya, instrumen Surat Berharga Negara (SBN) justru tetap diminati. Investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp5,08 triliun di pasar SBN selama periode 10–12 Juni 2025. Secara kumulatif, sepanjang 2025 hingga 12 Juni, total net buy asing di SBN mencapai Rp53,91 triliun, mencerminkan sentimen positif terhadap daya tarik real yield serta prospek stabilitas fiskal Indonesia.
Selain faktor yield, Credit Default Swap (CDS) juga menjadi indikator penting yang mencerminkan persepsi risiko pasar terhadap kemampuan suatu negara dalam memenuhi kewajiban utangnya. Semakin rendah nilai CDS, semakin kecil risiko gagal bayar yang dipersepsikan oleh investor.
Untuk Indonesia, CDS tenor 5 tahun per 19 Juni 2025 turun ke level 77,23 basis poin (bps), dari posisi tertinggi YTD di 119,75 bps pada 11 April 2025. Penurunan ini menjadi sinyal positif bahwa risiko kredit Indonesia dipandang menurun dan tingkat kepercayaan pasar global terhadap stabilitas keuangan domestik meningkat.
Dengan real yield yang kompetitif dan arus dana asing yang mulai menguat, Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) dapat dijadikan sebagai opsi strategis untuk diversifikasi investasi. Selain berpotensi memberikan imbal hasil yang cenderung stabil, peluang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia pada akhir 2025 juga membuka ruang bagi potensi capital gain dari apresiasi harga obligasi.
Di sisi lain, RDPT masih menjadi pilihan utama di antara jenis reksa dana lainnya. Berdasarkan data Statistik Pasar Modal dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Mei 2025, total asset under management (AUM) RDPT tercatat sebesar Rp156,0 triliun, meningkat 2,3% dari posisi April 2025 sebesar Rp152,5 triliun. Kenaikan ini mencerminkan tingginya minat investor terhadap instrumen berpendapatan tetap, sejalan dengan strategi menjaga stabilitas portofolio.
Misalnya, Investor Makmur menempatkan dana awal sebesar Rp10.000.000 di reksa dana Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A dan menambah investasi rutin Rp2.000.000 per bulan, nilai investasi tersebut diperkirakan tumbuh menjadi sekitar Rp90.839.224 dalam 3 tahun, dengan estimasi return sebesar +13,55%.
*disclaimer: kinerja masa lalu tidak menjamin hasil masa depan
Itulah pembahasan mengenai pasar obligasi Indonesia, mulai dari posisi real yield yang kompetitif dibanding negara peers, tren aliran dana asing ke SBN, hingga potensi Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) sebagai pilihan investasi dalam strategi diversifikasi portofolio.
Di tengah dinamika pasar global, menjaga portofolio yang seimbang dan terdiversifikasi tetap menjadi kunci. RDPT dapat menjadi alternatif bagi investor yang menginginkan stabilitas imbal hasil jangka menengah tanpa harus terpapar volatilitas pasar saham secara langsung.
Di Makmur, Anda juga dapat memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Anda dapat memilih dan membeli reksa dana dengan memanfaatkan promo seperti promo June Invest, Paling Makmur dan promo Semua Bisa Makmur.
Link: Promo-Promo di Makmur
Unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan berikan ulasan mengenai pengalaman investasi Anda di Makmur.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, Anda juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Anda juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link di bawah ini:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani
Mengelola kekayaan tidak hanya berfokus pada kepemilikan aset, namun juga pada penerapan keputusan investasi yang dapat memberikan nilai ekonomi yang optimal dari waktu ke waktu. Dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah, pendekatan analitis yang mendalam sangat diperlukan untuk mengestimasi nilai suatu aset atau kewajiban di masa depan. Salah satu konsep kunci dalam hal ini […]
Dalam setahun terakhir, Bank Indonesia telah memangkas BI Rate sebanyak tiga kali menjadi 5,25% sebagai respon terhadap perlambatan ekonomi global dan inflasi yang tetap terkendali. Namun, penurunan suku bunga acuan ini belum sepenuhnya tercermin pada suku bunga kredit perbankan digital. Data per April 2025 menunjukkan bahwa Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) bank-bank digital masih bertahan […]
Pasar global kembali menghadapi ketidakpastian seiring meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah. Setelah serangan udara Israel ke Iran pada Jumat, 13 Juni 2025, Iran merespon dengan aksi balasan militer pada Sabtu, 14 Juni 2025. Ketegangan antara kedua negara ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran akan potensi meluasnya konflik di kawasan, tetapi juga berisiko mempengaruhi pergerakan harga […]
Dalam dunia investasi, pergerakan pasar tidak dapat sepenuhnya dapat diprediksi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik global maupun domestik, mulai dari rilis data ekonomi, kebijakan bank sentral, hingga dinamika geopolitik. Di tengah kondisi yang fluktuatif ini, pemahaman terhadap konsep risk-on dan risk-off menjadi penting bagi investor agar dapat menyusun strategi investasi yang tepat sesuai arah […]
Hai, Sobat Makmur! Negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok kembali menjadi sorotan pasar global. Kali ini, pertemuan lanjutan digelar di London sebagai bagian dari upaya meredakan ketegangan yang meningkat sejak awal tahun. Tak hanya menjadi momen penting dalam hubungan kedua negara, perundingan ini juga berpotensi mempengaruhi pasar keuangan global. Dalam artikel ini, Makmur […]