Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besaran dividend yield, di antaranya adalah:
Semakin besar dividend yang dibagikan, semakin tinggi dividend yield yang diterima oleh investor. Besaran dividend yang dibagikan oleh emiten berbeda-beda, tergantung kebijakan perusahaan yang dibahas dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Harga saham yang lebih rendah pada saat Anda melakukan pembelian dapat meningkatkan rasio dividend yield, asalkan nominal dividend per saham tetap konsisten, atau setidaknya tidak turun.
Kinerja keuangan yang kuat memungkinkan perusahaan membayar dividen secara rutin. Indikator utama yang umum diperhatikan meliputi pendapatan yang stabil atau tumbuh, laba bersih yang tinggi, margin laba yang sehat, serta rasio profitabilitas seperti Return on Equity (ROE) yang mencerminkan efisiensi pengelolaan modal.
Selain itu, arus kas operasi yang positif menunjukkan ketersediaan dana tunai untuk membayar dividen, sementara rasio utang yang rendah menjaga kestabilan keuangan perusahaan. Dividen payout ratio yang proporsional (umumnya 30–60%) juga menjadi sinyal komitmen manajemen terhadap pemegang saham.
Untuk memperoleh dividend yield yang optimal, timing atau waktu yang tepat dalam membeli saham sangat penting. Ada beberapa waktu yang dapat Anda pertimbangkan untuk membeli saham agar dividend yield-nya optimal.
Tanggal cum-dividend adalah tanggal terakhir bagi pemegang saham untuk membeli saham dan berhak atas dividend yang akan dibagikan. Oleh karena itu, membeli saham sebelum tanggal cum-dividend adalah waktu yang ideal untuk memaksimalkan dividend yield.
Sebagai contoh, jika perusahaan A mengumumkan dividend sebesar Rp500 per saham dan Anda membeli sahamnya sehari sebelum tanggal cum-dividend, maka Anda akan mendapatkan dividend tersebut. Namun, perlu diingat bahwa setelah tanggal cum-dividend, harga saham biasanya berpotensi turun, sehingga Anda bisa saja tidak mendapatkan keuntungan dari capital gain dalam waktu dekat.
Harga saham yang sedang terkoreksi atau turun sementara bisa menjadi peluang. Pada saat harga saham turun, Anda dapat membeli saham dengan harga lebih murah, sehingga dividend yield yang Anda peroleh akan lebih tinggi.
Katakanlah harga saham sebuah perusahaan ada di angka Rp1.000 per lembar saham, sementara dividend yang dibagikan sebesar Rp50 per lembar saham. Maka perhitungan dividend yield-nya:
Dari perhitungan di atas kita mengetahui bahwa dividend yield sebesar 5%
Jika harga saham perusahaan tersebut terkoreksi dan Anda membelinya di Rp950 per lembar saham, lalu dividend yang dibagikan tetap sama di angka Rp50 per lembar saham, maka perhitungan dividend yield-nya:
Dari perhitungan di atas, dividend yield-nya ada di angka 5,26%. Jadi, membeli saham saat harganya terkoreksi atau lebih rendah memberikan peluang bagi Anda untuk mendapatkan hasil dividend yield yang lebih tinggi.
Namun, Anda harus memperhatikan bahwa penurunan atau koreksi harga saham tersebut hanya koreksi pasar. Jika penurunan harga saham terjadi karena faktor fundamental seperti hasil laporan keuangan yang tidak sesuai harapan atau berita negatif terkait perusahaan maka sebaiknya dipertimbangkan. Ingat, membeli saham saat harganya terkoreksi harus dilakukan dengan hati-hati karena memiliki potensi risiko.
Memilih waktu yang tepat untuk membeli saham adalah langkah penting untuk memaksimalkan dividend yield. Beberapa waktu yang bisa dipertimbangkan untuk memperoleh dividend yield yang optimal antara lain sebelum tanggal cum-dividend, saat harga saham terkoreksi, atau setelah pengumuman dividend. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa setiap keputusan investasi harus dilandasi oleh analisis yang cermat terhadap kinerja perusahaan dan kondisi pasar secara menyeluruh.
Selain berinvestasi langsung di saham, Anda juga dapat mempertimbangkan investasi dalam reksa dana saham sebagai alternatif untuk memperoleh potensi keuntungan yang optimal dengan diversifikasi. Reksa dana saham adalah instrumen investasi yang mengumpulkan dana dari berbagai investor dan dikelola oleh manajer investasi, maksimal 79% dana kelolaannya dialokasikan ke investasi saham.
Ada beragam produk reksa dana saham yang bisa Anda pilih di Makmur.id, salah satunya Bahana Icon Syariah Kelas G. Pada tanggal 12 Agustus 2025, reksa dana tersebut memiliki kinerja yang cukup baik dengan return 32,37% dalam 1 tahun.
*Disclaimer: Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja di masa depan.
Di Makmur, Anda juga dapat memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Anda dapat memilih dan membeli reksa dana dengan memanfaatkan promo seperti promo August Financial Freedom, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Makmur Premium Tour.
Link: Promo-Promo di Makmur
Unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan berikan ulasan mengenai pengalaman investasi Anda di Makmur.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, Anda juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Anda juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link di bawah ini:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani
Key Takeaways: Value investing adalah salah satu strategi investasi yang dikenal mampu menghasilkan keuntungan jangka panjang dengan risiko yang terukur. Strategi ini semakin populer berkat kesuksesan Warren Buffett, seorang investor legendaris yang konsisten menerapkan prinsip-prinsip value investing dalam membangun kekayaannya. Ia lahir pada 30 Agustus 1930 di Omaha, Nebraska, dikenal sebagai salah satu investor paling […]
Key Takeaways: Pasar saham Indonesia tidak pernah lepas dari pengaruh geopolitik dan ekonomi global. Setiap pergerakan modal asing, baik masuk maupun keluar, sering kali berawal dari acuan yang digunakan investor global dalam menentukan strategi investasinya. Salah satu acuan berpengaruh adalah indeks dari Morgan Stanley Capital International (MSCI). Berbagai Indeks MSCI, khususnya MSCI Indonesia Index, menjadi […]
Key Takeaways: Pada 22 Januari 2025, pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan efisiensi anggaran yang diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025. Berdasarkan data dari Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementerian Pekerjaan Umum, tercatat efisiensi belanja mencapai Rp256,1 triliun untuk Kementerian/Lembaga (K/L) dan Rp50,6 triliun untuk Transfer ke Daerah (TKD). Efisiensi anggaran tersebut juga menekankan […]
Key Takeaways: Pasar modal Indonesia kembali diramaikan oleh penawaran umum perdana saham (IPO). PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), bersiap mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 23 September 2025. EMAS akan menjadi perusahaan ketiga dalam ekosistem Grup Merdeka, setelah PT Merdeka Copper Gold Tbk […]
Key Takeaways: Pemerintah sebagai pengambil kebijakan memiliki berbagai keputusan yang digunakan untuk menjaga kestabilan ekonomi nasional. Salah satu keputusan ekonomi yang berdampak luas adalah kebijakan perubahan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), karena bisa mempengaruhi aktivitas keuangan masyarakat. Setiap perubahan suku bunga memiliki dampak terhadap konsumsi masyarakat hingga pergerakan nilai tukar rupiah. Dengan […]
Key Takeaways: Investasi adalah salah satu cara efektif untuk mencapai tujuan finansial. Namun, tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi dengan satu jenis instrumen. Sebagian tujuan memerlukan strategi jangka panjang dengan orientasi pertumbuhan, sementara sebagian lainnya membutuhkan instrumen jangka pendek yang lebih stabil dan likuid. Agar portofolio Anda seimbang, penentuan porsi antara investasi jangka panjang dan jangka […]