Hai, Sobat Makmur! Mendapatkan keuntungan atau capital gain pasti menjadi keinginan dari setiap investor dalam berinvestasi. Akan tetapi, tak selamanya dana yang kamu tempatkan dalam portofolio selalu menghasilkan pertumbuhan (gain). Ada kalanya, kamu harus menjual portofoliomu di bawah harga beli awal alias melakukan cut loss. Dalam artikel kali ini, Makmur akan mengajak kamu mengenal cut loss dan bagaimana penerapannya dalam berinvestasi. Yuk, disimak!
Cut loss adalah strategi dalam investasi dimana investor menjual asetnya di bawah harga beli. Sesuai namanya, cut (memotong) dan loss (kerugian), cut loss dilakukan dengan tujuan mengurangi kerugian lebih lanjut ketika harga aset investasi mengalami penurunan. Strategi ini umumnya diterapkan pada investasi saham, namun strategi cut loss juga bisa diterapkan dalam obligasi, mata uang, atau reksa dana yang mengalami fluktuasi harga. Konsep dasar cut loss adalah dengan menjual aset pada level kerugian yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan melakukan cut loss, investor dapat membatasi potensi kerugian yang lebih besar di masa depan.
Ada beberapa alasan kenapa cut loss dilakukan.
1. Harga Aset Terus Menurun
Cut loss bisa dilakukan apabila harga aset sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan dari harga beli. Ditambah, tidak terdapat indikasi bahwa harga aset akan segera naik seperti minimnya sentimen positif yang bisa menggerakkan harga aset. Jika terus dibiarkan, investor dapat saja mengalami kerugian yang lebih besar. Sehingga, dalam kondisi ini, cut loss bisa diterapkan untuk menekan kerugian.
2. Perubahan Kinerja Fundamental Perusahaan
Dalam investasi saham terutama saham blue chips, performa perusahaan memiliki pengaruh besar terhadap kinerja sahamnya. Perubahan mendasar dalam fundamental perusahaan, seperti penurunan pendapatan, penurunan laba bersih, peningkatan utang, atau perubahan sentimen di sektor terkait yang berpotensi memperburuk kinerja emiten, bisa menjadi faktor penting dalam mempertimbangkan untuk melakukan cut loss. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan bahwa jika kinerja emiten menurun, harga sahamnya juga bisa terus mengalami penurunan.
3. Faktor Ketidakstabilan Ekonomi atau Geopolitik
Ketidakpastian ekonomi atau ketegangan geopolitik dapat memicu timbulnya sentimen negatif di pasar seperti resesi, kenaikan inflasi, kenaikan suku bunga, atau konflik antarnegara. Kondisi ini sering kali berdampak pada penurunan harga aset. Dalam kondisi ini, kamu bisa melakukan cut loss untuk melindungi aset dari volatilitas yang tinggi dan risiko kerugian besar.
4. Nilai Kerugian Telah Mencapai Batas Aman yang Ditentukan
Dalam berinvestasi, beberapa investor telah menentukan nilai ambang batas aman kerugian. Batas kerugian ini untuk melihat sejauh mana nilai toleransi kerugian terhadap total portofolio. Batas kerugian yang ditentukan tentu berbeda tergantung dengan preferensi dan risiko masing-masing investor. Jika nilai kerugian sudah mencapai batas yang kamu pasang, kamu bisa melakukan cut loss.
5. Membutuhkan Dana Cepat
Cut loss juga dapat dilakukan jika kamu membutuhkan dana secara cepat untuk keperluan mendesak, tetapi tidak memiliki dana darurat untuk menutupi kebutuhan tersebut. Dalam situasi ini, kamu terpaksa menarik dana dari portofolio, meskipun kondisi portofolio masih mengalami kerugian. Untuk mencegah hal semacam ini terjadi, penting bagi kamu memiliki dana darurat agar aset dan investasimu terlindungi dan tidak harus dijual dengan harga rendah.
Apakah Cut Loss Selalu Buruk?
Meskipun memiliki dampak negatif, nyatanya keputusan cut loss tidak selalu buruk. Cut loss dapat membantu kamu dalam menjaga disiplin berinvestasi. Misal, sejak awal kamu menentukan batas toleransi kerugian adalah 5% dari total portofolio sebagai panduan kapan harus menjual aset jika harganya turun melewati batas tersebut. Ketika kerugian telah mencapai 5%, kamu melakukan cut loss untuk mencegah adanya penurunan portofolio lebih dalam. Ini berarti, kamu telah menerapkan sikap disiplin dalam berinvestasi. Selain itu, cut loss juga mencerminkan tindakan rasional dimana kamu tidak terjebak dalam harapan bahwa harga aset akan kembali naik.
Keputusan cut loss juga membantu kamu dalam manajemen risiko portofolio. Dengan menetapkan aturan cut loss, kamu dapat meminimalkan dampak kerugian pada keseluruhan nilai portofolio sehingga kamu dapat mempertahankan posisi keuangan yang lebih stabil. Selain itu, dana yang kamu dapatkan dari cut loss bisa kamu tempatkan di aset lain yang dinilai memiliki potensi kenaikan lebih tinggi. Namun, cut loss juga memiliki kekurangan, yaitu potensi hilangnya kesempatan jika harga aset tiba-tiba pulih setelah dijual.
Untuk meminimalkan cut loss, Sobat Makmur bisa menerapkan 4 strategi berikut.
1. Menetapkan Target Investasi Jangka Panjang
Memiliki target investasi jangka panjang membantu kamu tetap tenang dalam menghadapi fluktuasi pasar jangka pendek. Sebab, penurunan harga aset dalam jangka waktu sementara belum tentu mencerminkan masalah fundamental. Dengan berfokus pada tujuan jangka panjang, kamu bisa lebih tenang dan tidak terburu-buru melakukan cut loss akibat reaksi emosional saat harga aset investasi turun sementara.
2. Melakukan Analisis Fundamental
Analisis fundamental memungkinkan kamu menilai kesehatan dan prospek perusahaan dalam jangka Panjang. Dengan melakukan riset yang mendalam, kamu dapat lebih cermat memilih saham yang berpotensi naik dan menghindari saham yang memiliki prospek kurang baik.
3. Menyediakan Dana Darurat
Penting bagi kamu untuk memiliki dana darurat agar kamu tidak terpaksa menjual aset dalam kondisi rugi ketika membutuhkan dana mendadak. Dengan dana darurat yang memadai, kamu memiliki cadangan keuangan untuk menutupi kebutuhan mendesak tanpa harus menarik dana dari portofolio yang mungkin dalam posisi rugi.
4. Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi menjadi salah satu strategi untuk mengurangi risiko dalam penurunan nilai investasi. Dengan menyebar investasi ke berbagai jenis aset atau sektor, kamu dapat mengurangi dampak negatif dari kinerja buruk satu aset terhadap keseluruhan portofolio.
Diversifikasi bisa kamu lakukan dengan membeli reksa dana, dimana danamu dikelola secara otomatis dan profesional oleh Manajer Investasi (MI). Nantinya, MI akan bertanggung jawab memilih aset yang akan dimasukkan dalam portofolio reksa dana, seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang, tergantung jenis reksa dana apa yang kamu beli. Pastinya, pemilihan aset dilakukan berdasarkan analisis mendalam dan disertai dengan sejumlah analisis dan pertimbangan makro ekonomi.
Di Makmur, kamu bisa juga memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Sobat Makmur juga bisa memaksimalkan kinerja portofolio dengan memanfaatkan sejumlah promo dari Makmur seperti promo November Growth, promo Semua Bisa Makmur, dan promo Semakin Makmur.
Kamu juga bisa memanfaatkan promo-promo Makmur yang tertera pada link di bawah ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan dan menemani perjalanan investasimu dalam mencapai tujuan finansial di masa depan.
Link: Promo-Promo di Makmur
Yuk, unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan jangan lupa berikan ulasan terbaikmu.
Perlu diketahui, selain melalui ponsel, kamu juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Kamu juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link berikut:
Website: Makmur.id
Editor: Benrik Anthony (bersertifikasi WAPERD dan WMI)
Penulis: Akhmad Sadewa Suryahadi
Key Takeaways: Benjamin Graham dikenal sebagai “Father of Value Investing”. Ia adalah salah satu tokoh ekonomi berpengaruh yang telah memberikan fondasi penting bagi banyak investor, termasuk Warren Buffett yang merupakan muridnya. Graham lahir pada tahun 1894 dan karya terkenalnya, buku The Intelligent Investor yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1949, masih dijadikan pedoman oleh banyak […]
Key Takeaways: Strategi yang efektif serta sikap disiplin dalam berinvestasi memiliki peran penting dalam membangun kekayaan jangka panjang. Keduanya memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan portofolio investasi. Salah satu strategi yang mengandalkan kedua aspek tersebut adalah reinvestasi dividen, yaitu strategi investasi untuk menggunakan dividen yang diterima dari saham untuk membeli kembali saham tersebut. Konsep reinvestasi dividen […]
Key Takeaways: Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto merupakan indikator untuk mengukur kinerja suatu negara. Salah satu jenis GDP yang sering digunakan dalam berbagai analisis adalah GDP nominal. Anda perlu memahami apa itu GDP nominal, bagaimana cara menghitungnya, serta peran pentingnya dalam pengambilan keputusan investasi saham. Tentang GDP Nominal dan Cara Perhitungannya GDP […]
Key Takeaways: Dalam dunia investasi saham, terdapat dua fenomena yang kerap terjadi menjelang dan setelah pergantian tahun, yaitu window dressing dan January effect. Keduanya sering dimanfaatkan oleh investor untuk merancang strategi yang lebih terarah pada akhir dan awal tahun. Window dressing adalah strategi yang dilakukan oleh manajer investasi dan institusi keuangan menjelang akhir tahun untuk […]
Key Takeaways: J.P. Morgan merilis proyeksi terbaru pada awal Desember 2025, khususnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun 2026. Namun, sebelum membahas proyeksi tersebut, Anda perlu mengetahui bahwa J.P. Morgan merupakan salah satu institusi keuangan yang berbasis di Amerika Serikat. Pengalamannya di industri keuangan mencakup layanan investasi, perbankan, serta pengelolaan aset sebagai salah satu […]
Key Takeaways: PT Super Bank Indonesia Tbk akan mencatatkan sahamnya di BEI dengan harga penawaran Rp635 per saham yang diikuti oleh lonjakan partisipasi investor dalam penawaran umum perdana saham pada Desember 2025. Hal ini mencerminkan dinamika baru di pasar modal Indonesia dengan jumlah pemesanan yang mencapai lebih dari 1 juta Single Investor Identification (SID), IPO […]