Dalam dunia investasi dan keuangan, pemahaman terhadap berbagai indikator pasar merupakan hal yang krusial. Salah satu indikator penting yang sering dijadikan acuan para investor profesional maupun analis ekonomi adalah yield curve atau kurva imbal hasil. Meskipun tampak teknis, memahami yield curve dapat membantu Anda dalam membuat keputusan investasi yang lebih cermat dan strategis.
Yield curve tidak hanya menggambarkan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah, tetapi juga mencerminkan ekspektasi pasar terhadap suku bunga, inflasi, hingga kemungkinan terjadinya resesi. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap yield curve bisa membantu dalam menyusun strategi investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Yield curve adalah representasi grafis antara tingkat imbal hasil (yield) dan jatuh tempo (tenor) dari obligasi pemerintah. Obligasi pemerintah dianggap sebagai instrumen bebas risiko (risk-free rate). Dalam grafik yield curve, sumbu horizontal menunjukkan jangka waktu obligasi, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan tingkat imbal hasilnya.
Gambar 1. Yield Curve Surat Utang Pemerintah Indonesia

Sumber: IDX
Gambar di atas merepresentasikan kondisi pasar obligasi Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2025. Yield curve tersebut diterbitkan oleh Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), berasal dari harga pasar surat utang pemerintah Indonesia yang diperdagangkan di pasar sekunder. Secara prinsip, langkah penyusunannya antara lain:
Bentuk yield curve ini dapat berubah sesuai kondisi ekonomi dan ekspektasi pasar. Ketika pasar memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat, imbal hasil obligasi jangka pendek biasanya meningkat lebih cepat dibanding jangka panjang. Akibatnya, yield curve menjadi datar atau bahkan terbalik, menandakan bahwa investor mengantisipasi perlambatan ekonomi akibat pengetatan likuiditas.
Sebaliknya, jika pasar meyakini bahwa BI akan mempertahankan atau menurunkan suku bunga, maka imbal hasil jangka pendek cenderung menurun, sementara yield jangka panjang bisa tetap stabil atau meningkat. Hal ini menciptakan yield curve yang lebih curam, yang biasanya diasosiasikan dengan ekspektasi pemulihan ekonomi.
Sebelum Anda mengambil keputusan dalam berinvestasi, yield curve dapat menjadi salah satu gambaran tentang kondisi ekonomi dan potensi arah suku bunga di masa depan. Berikut beberapa alasan mengapa hal ini penting:
Yield curve dapat berfungsi sebagai salah satu indikator awal arah perekonomian. Ketika bentuknya menanjak (normal), pasar umumnya menilai prospek pertumbuhan ekonomi masih stabil dan risiko jangka panjang relatif terkendali. Sebaliknya, apabila yield curve menjadi terbalik (inverted), hal ini sering dipandang sebagai sinyal kewaspadaan bahwa pasar mengantisipasi perlambatan ekonomi atau potensi resesi.
Yield curve merupakan salah satu indikator penting bagi investor obligasi dalam menentukan pilihan tenor atau durasi investasi yang tepat. Ketika yield curve berbentuk curam (steep), hal ini menunjukkan bahwa yield jangka panjang jauh lebih tinggi dibandingkan jangka pendek. Kondisi ini biasanya mencerminkan ekspektasi pasar bahwa suku bunga akan meningkat di masa depan, sehingga investor cenderung memilih obligasi jangka pendek terlebih dahulu untuk menghindari risiko kenaikan suku bunga.
Sebaliknya, apabila yield curve mendatar (flat) atau terbalik (inverted), pasar menilai prospek suku bunga jangka panjang tidak akan jauh lebih tinggi atau bahkan lebih rendah dibandingkan jangka pendek. Dalam kondisi tersebut, investor justru cenderung mempertimbangkan obligasi jangka panjang untuk mengunci imbal hasil yang menarik sebelum turun lebih jauh.
Yield curve memberikan gambaran mengenai kondisi pasar modal dan ekspektasi ekonomi ke depan. Ketika bentuk yield curve bergerak tidak normal, hal tersebut dapat menjadi sinyal bagi investor untuk melakukan penyesuaian (rebalancing portofolio). Salah satu contohnya adalah inverted yield curve, yaitu ketika imbal hasil jangka pendek lebih tinggi daripada imbal hasil jangka panjang.
Kondisi ini umumnya mencerminkan ekspektasi pasar terhadap perlambatan ekonomi atau potensi penurunan suku bunga di masa depan. Dalam situasi seperti ini, investor biasanya mengurangi eksposur terhadap aset yang sensitif terhadap siklus ekonomi (cyclical) dan beralih ke instrumen yang lebih defensif seperti emas, obligasi jangka pendek, atau reksa dana pasar uang.
Pergerakan yield curve sering kali mencerminkan ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI), khususnya terkait suku bunga acuan. Anda bisa memanfaatkan informasi ini untuk menyusun strategi jangka pendek. Sebagai contoh, jika pasar memprediksi suku bunga akan naik, maka harga obligasi kemungkinan akan turun, dan Anda sebaiknya berhati-hati dalam membeli obligasi jangka panjang.
Bagi Anda yang sedang merencanakan dana pensiun, pembelian rumah, atau biaya pendidikan, memahami yield curve memungkinkan Anda merencanakan instrumen keuangan yang sesuai. Hal ini penting agar Anda tidak hanya fokus pada return, tetapi juga mempertimbangkan risiko suku bunga dan inflasi di masa depan.
Yield curve tidak hanya relevan bagi ekonom atau manajer investasi (MI). Anda sebagai investor juga perlu memahaminya karena bisa menjadi salah satu indikator untuk membaca arah pasar, merancang strategi investasi, dan melindungi portofolio dari potensi risiko ekonomi.
Salah satu cara paling praktis untuk memanfaatkan peluang dari perubahan yield curve adalah dengan berinvestasi melalui reksa dana pendapatan tetap. Produk investasi ini dikelola oleh MI profesional yang menempatkan minimal 80% dari dana kelolaannya pada instrumen obligasi, baik pemerintah maupun korporasi.
Dengan demikian, Anda tidak perlu membeli obligasi secara langsung atau memantau pasar setiap hari. MI akan menganalisis kondisi pasar, pergerakan suku bunga, dan bentuk yield curve untuk menentukan jenis serta tenor obligasi yang paling menguntungkan. Hasil analisis tersebut membantu mengoptimalkan potensi imbal hasil, sekaligus menjaga risiko tetap terkendali sesuai profil investor.
Ada beragam produk reksa dana pendapatan tetap yang Anda bisa beli di Makmur, salah satunya Allianz Fixed Income Fund 2. Berdasarkan data per 31 Oktober 2025, produk reksa dana ini secara year-to-date (ytd) memberikan return 10,82%.
Di Makmur, Anda juga bisa memilih lebih dari 100 produk reksa dana pilihan lainnya baik itu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, maupun reksa dana campuran. Anda bisa berinvestasi reksa dana dengan memanfaatkan promo seperti promo Prosperity November, promo Semua Bisa Makmur dan promo Makmur Premium Tour.
Link: Promo-Promo di Makmur
Unduh aplikasi Makmur melalui link di bawah ini dan berikan ulasan mengenai pengalaman investasi Anda di Makmur.
Perlu diketahui, selain melalui aplikasi, Anda juga dapat menggunakan aplikasi Makmur melalui situs web jika ingin berinvestasi menggunakan laptop atau komputer. Silakan klik link di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.
Anda juga dapat menambah wawasan dengan membaca informasi atau artikel menarik di situs web Makmur. Silakan klik link di bawah ini:
Website: Makmur.id
Editor: Merry Putri Sirait (bersertifikasi WPPE)
Penulis: Lia Andani
Sebagai instrumen investasi yang relatif stabil, reksa dana pendapatan tetap (RDPT) menjadi salah satu pilihan utama investor di Indonesia. Hal ini tercermin dari Asset Under Management (AUM) yang mencapai Rp207,9 triliun per September 2025, tertinggi di antara jenis reksa dana lainnya. Untuk memastikan kualitas reksa dana, Makmur menyeleksi RDPT dari Manajer Investasi (MI) bereputasi baik, […]
Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) merupakan instrumen investasi dengan risiko relatif rendah dan likuid, sehingga cocok untuk berbagai profil investor. Reksa dana ini 100% dialokasikan ke instrumen pasar uang seperti deposito berjangka dan obligasi yang memiliki jatuh tempo < 1 tahun. Oleh karena itu, RDPU ideal untuk tujuan investasi jangka pendek, menawarkan potensi imbal hasil […]
Reksa dana campuran merupakan instrumen investasi yang mengalokasikan dana pada instrumen saham, obligasi, dan instrumen pasar uang, dengan masing-masing aset tidak melebihi 79% dari total portofolio. Diversifikasi ini memberikan keseimbangan antara potensi pertumbuhan dan stabilitas, sehingga cocok bagi investor dengan profil risiko moderat dan tujuan investasi jangka menengah hingga panjang. Makmur menyeleksi reksa dana campuran […]
Sebagai instrumen investasi dengan potensi pertumbuhan dan risiko relatif tinggi, reksa dana saham cocok bagi investor yang siap menghadapi fluktuasi pasar dan memiliki tujuan investasi jangka panjang. Secara year-to-date (YTD) hingga Oktober, IHSG naik +13,97% ke level 8.164, mencerminkan tren positif pasar saham domestik. Makmur menyeleksi reksa dana saham dari manajer investasi (MI) bereputasi baik, […]
Key Takeaways: Saat investasi saham, kondisi pasar yang fluktuatif merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Naik turunnya harga saham seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, hingga situasi geopolitik. Oleh karena itu, sebagai investor perlu memiliki strategi yang dapat menjaga stabilitas portofolio. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan memiliki saham […]